Mohon tunggu...
Hennie Engglina
Hennie Engglina Mohon Tunggu... Freelancer - Pelajar Hidup

HEP

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Catatan Kristiani untuk Penikmat Tayangan Hantu

14 Maret 2019   17:50 Diperbarui: 15 Maret 2019   04:27 795
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Demikianlah Iblis disebutkan penuh dengan rupa-rupa tipu muslihat (Kisah Para Rasul 13:10; Efesus 6:11). Terbilang sukses, Iblis berhasil menipu manusia di segala abad dan zaman, yang sudah dimulainya sejak dari manusia pertama, "Ular itu yang memperdayakan aku" (Kejadian 3:13).

Keyakinan bahwa kemunculan sosok-sosok orang yang sudah mati adalah kehadiran orang mati itu sendiri cenderung telah dianggap sebagai kebenaran. Padahal, roh orang yang bersangkutan sedang tidur tenang dalam kesunyian alam maut kematian pertama. Tidak berkeliaran, tidak gentayangan.

Namun, Iblis menjadikan orang-orang mati bagaikan dirinya sendiri, yakni bisa gentayangan atau muncul di sana sini. Penyamaran Iblis membuat roh manusia ciptaan Allah seolah adalah setan. Padahal setan atau "Satan" itu adalah Iblis itu sendiri (Wahyu 12:9; 20:2).

Ada orang yang berkata, bahwa sosok-sosok orang yang sudah mati itu tidak mengganggu mereka, melainkan menjaga dan melindungi mereka. Lihatlah, betapa Iblis mengecoh manusia untuk membuat hati manusia berpaling dari perlindungan Allah dan merasa aman dengan perlindungan Iblis.

Kesimpulan

Roh orang mati tidak gentayangan. Bila roh orang mati itu terlihat mata, maka itu bukan dia yang sudah mati, melainkan Iblis. 


Ayah Anda yang sudah meninggal bukan setan, ibu Anda yang sudah meninggal bukan setan, anak Anda yang sudah meninggal bukan setan, opa Anda yang sudah meninggal bukan setan, oma Anda yang sudah meninggal bukan setan, dan lainnya. Yang setan itu Iblis!

Mereka yang sudah meninggal sudah tenang dalam tidurnya menanti kedatangan Tuhan Yesus dan penghakiman-Nya.

Shalom. HEP.-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun