Produksi kemasan dari pati jagung relatif lebih ramah lingkungan karena menggunakan proses yang tidak membutuhkan bahan kimia berbahaya.
      Meskipun memiliki banyak keunggulan, bioplastik dari jagung masih memiliki kelemahan, seperti biaya produksi yang masih relatif tinggi, ketahanan mekanik yang belum sekuat plastik konvensional, mudah rapuh dan permeabilitas uap air yang tinggi karena struktur pati yang hdrofilik akan meningkatkan penyerapan air dan permeabilitas biopolimer (Farajpour et al., 2020). Namun, dengan perkembangan teknologi, para peneliti terus mencari cara untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi produksi bioplastik berbasis jagung.
     Berbagai penelitian untuk menemukan formulasi yang dapat menghasilkan kemasan yang kuat telah banyak dilakukan oleh para peneliti dan akademisi untuk mengatasi kelemahan biplastik berbahan pati jagung ini. Penggunaan bahan pemlastis (plasticizer) seperti gliserol maupun sorbitol dapat mengurangi kerapuhan dan kekakuan bioplastik sehingga dapat meningkatkan elastisitas dan fleksibilitas dari bioplastik. Penambahan Carboxy Methil Cellulose (CMC) dapat digunakan untuk meningkatkan kekompakan matriks pada bioplastik. Selain itu, partikel berukuran nano (nanofiller) seperti Nanocrystalline cellulose dan Zink oxide nanoparticle dapat digunakan untuk memperkuat matriks bioplastik dan menurunkan permeabilitas terhadap uap air dan gas.
     Saat ini, beberapa negara telah mulai mengembangkan dan menggunakan bioplastik dari jagung untuk berbagai produk, seperti kemasan makanan, alat makan sekali pakai, hingga komponen elektronik. Jika terus dikembangkan, penggunaan bioplastik berbasis jagung sebagai komoditas lokal dapat menjadi solusi nyata dalam mengurangi ketergantungan pada plastik berbasis minyak bumi dan mengurangi dampak buruk pencemaran lingkungan. Jagung memiliki potensi besar sebagai bahan baku bioplastik yang ramah lingkungan. Dengan dukungan riset dan kebijakan yang tepat, bioplastik berbasis jagung dapat menjadi alternatif berkelanjutan dalam industri plastik, membantu mengurangi polusi, serta menciptakan masa depan yang lebih hijau bagi bumi.
Comăniță E, D., Hlihor R, M., and Ghinea C. (2016) Occurrence of plastic waste in the environment: Ecological and health risks Environ. Eng. Manag. J. 15 675-85. https://doi.org/10.30638/EEMJ.2016.073
Farajpour, R., Djomeh, Z. E., Moeini, S., Tavahkolipour, H., & Safayan, S. (2020). Structural and physico-mechanical properties of potato starch - olive oil edible films reinforced with zein nanoparticles. International Journal of Biological Macromolecules, 149, 941–950. https://doi.org/10.1016/j.ijbiomac.2020.01.175
Kusumawati, D. H., Dwi, W., Putri, R., & Koresponsdensi, P. (2013). Karakteristik Fisik dan Kimia Edible Film Pati Jagung yang diinkorporasikan dengan Perasan Temu Hitam. Jurnal Pangan Dan Agroindustri, 1(1), 90–100
Sinaga, R. F., Ginting, G. M., S Ginting, M. H., & Hasibuan, R. (2014). Pengaruh Penambahan Gliserolterhadap Sifat Kekuatan Tarik Dan Pemanjangan Saat Putus Bioplastik Dari Pati Umbi Talas. Jurnal Teknik Kimia USU, 3(2), 19–24.
Sulastri, I., Suryati, S., Azhari, A., Sulhatun, S., & Bahri, S. (2023). Pembuatan Bioplastik dari Tepung Pati Ubi Jalar (Ipomoea batatas) dengan Pengaruh Penambahan Ampas Tebu (Saccharum officinarum) dan Gliserol. Chemical Engineering Journal Storage (CEJS), 3(4), 481-494. https://doi.org/10.29103/cejs.v3i4.9844
Tavares, K. M., Campos, A. De, Mitsuyuki, M. C., Luchesi, B. R., & Marconcini, J. M. (2019). Corn and Cassava Starch with Carboxymethyl Cellulose Films and its Mechanical and Hydrophobic Properties. Carbohydrate Polymers, 223. https://doi.org/10.1016/j.carbpol.2019.115055
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI