Mohon tunggu...
Hengki Mau
Hengki Mau Mohon Tunggu... Teknisi - Membaca Manusia Sebagai Kisah

Pemburu Berita, Membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kebahagiaan, Ambisi dan Ambisius

7 Maret 2023   14:58 Diperbarui: 7 Maret 2023   15:16 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Bahagia adalah pilihan, keputusan yang lahir dari hati setiap manusia. Dicari, di perjuangkan dan di nikmati dalam kehidupan sehari-hari. Arti kebahagiaan bagi setiap orang memang tidak selalu sama oleh karena kebahagiaan sering dipersepsikan sebagai ketercapaian atas sesuatu yang kita inginkan, yakni keberhasilan dan kesuksesan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bahagia adalah ketika seseorang mengalami emosi positif, puas, dan hilangnya emosi negatif seperti depresi atau kecemasan, mengalami kesenangan dan ketenteraman hidup lahir batin, keberuntungan, kemujuran yang bersifat lahir dan batin.

Bahagia, senang, sukacita atau tertawa adalah sebuah ekpresi emosi positif atau kebahagiaan yang dimiliki oleh setiap manusia karena tanpa di sadari, bahwa semua manusia yang ada di muka bumi ini sedang dan terus mengejar kebahagiaan itu.

Dan seperti apakah arti dari sebuah kebahagiaan itu?.  Menurut Steven Agustinus seorang Potential Explorer dan juga Motivator handal mengungkapkan

Bahwa " Kebahagiaan adalah saat kamu menjalani hidup berdasarkan tujuan (Purpose) yang Sang Pencipta taruh atas hidupmu, tanpa disadari sesungguhnya kamu sedang mengejar sesuatu yang lebih besar dari dirimu sendiri ".

Dalam menjalani kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesukses, sehebat dan sekaya apapun kita akan menjadi tidak bermakna apabila kebahagiaan itu hanya di nikmati sendiri atau sekelompok orang tertentu karena mempunyai kepentingan di dalamnya, karenaitu perlu definisi ulang tentang pemahaman yang selama ini kita miliki mengenai kebahagiaan.

Banyak orang memahami kebahagiaan sebagai moment atau saat berhasil meraih suatu kesuksesan dan menerima suatu jabatan untuk memimpin suatu organisasi ataupun kelompok, pada tahap ini sering orang salah menggunakan kekuasaannya dalam mengambil suatu keputusan karena dibakar oleh api ambisi yang pada akhirnya berakhir menjadi orang yang serakah dan tidak pernah merasa puas dengan apa yang ia miliki, oleh karena pemahaman yang ia miliki tentang kebahagiaan adalah dengan menerima atau mendapatkan sesuatu.

Saat kita mendapatkan jabatan atau menjadi pimpinan pada suatu organisasi ataupun kelompok, kita akan merasakan suatu kebahagiaan kepuasan bahkan karena ambisi yang menggebu-gebu kita menganggap diri lebih hebat dari semua yang berada di sekitar kita, dan  menganggap orang lain tidak ada artinya pada hal sebelumnya orang -- orang inilah yang sudah berjalan bersama mendukung,memberi motifasi untuk menjadi seorang pemimpin dan masih ada juga ketidak puasan untuk memperoleh ataupun mendapatkan sesuatu yang lain dalam jumlah yang lebih besar yang di lakukanya secara perlahan tapi pasti.

Sikap pemimpin yang mencari kebahagiaan dengan ambisi bahkan mengorbankan sesama atau bawahannya merupakan suatu sikap menumbuhkan suatu 'perasaan kecanduan' yang membuatnya berubah menjadi seseorang yang tidak pernah merasa puas dengan apa yang sudah dimilikinya. Pemimpin seperti ini adalah pemimpin yang bukan saja ambisi tetapi pemimpin yang ambisius, tidak pernah mensyukuri apa yang sudah di milikinya.

Ya kebahagiaan, Ambisi dan Ambisius tersebut diatas hanya bersifat sementara, karena saat kita memahami tentang kebahagiaan disitulah  momen untuk berbagi dengan sesama, sekecil apapun pemberian kita berupa penghargaan ataupun upah dengan sepenuh hati terhadap bawahan ataupun anggota maka akan tercipta suatu rasa kebahagiaan yang bukan saja dialami oleh Pemimpin melainkan juga olah bawahan ataupun anggotanya.

Kita akan menikmati suatu kehidupan yang membahagiakan yang tidak bisa di ambil oleh siapapun yaitu sebuah kebahagiaan hidup yang sejati dan rasa bahagia tersebut akan selalu tersimpan dalam memori kita sehingga kapanpun kita dapat mengingat kembali momen berbagi tersebut, maka rasa bahagia yang sama akan kembali muncul ketika kita melakukan suatu kebaikan kepada sesama kita disaat kita menjadi orang yang mempunyai prestasi dalam suatu kedudukan yang tinggi. (Hukum timbal balik)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun