Mohon tunggu...
Hendy Kusmarian
Hendy Kusmarian Mohon Tunggu... Administrasi - pemandu medan perang bisnis

http://terobosan.biz.id/pemandu-perang-bisnis/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Konsumerisme Sebagai Sumber Kehancuran Masyarakat

5 Juli 2017   12:46 Diperbarui: 5 Juli 2017   17:16 3119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.businessinsider.com

Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (Surah Al-Hadid 20)

Di sini saya mencoba menafsirkan bentuk atau manifestasi dari 'perhiasan dan bermegah-megah antara kamu' dalam Ayat Kehancuran di atas. Ayat ini menerangkan sumber-sumber kehancuran peradaban yang secara kolektif disebut sebagai 'kesenangan yang menipu'. Saya meyakini salah satu wujud dari 'perhiasan dan bermegah-megah antara kamu' adalah konsumerisme.

Konsumerisme adalah tatanan dan paham sosial ekonomi yang mendorong perolehan barang dan jasa dalam jumlah yang terus meningkat. Dengan revolusi industri, namun terutama pada abad ke-20, produksi massal menyebabkan krisis ekonomi: ada kelebihan produksi---pasokan barang tumbuh melampaui permintaan konsumen, sehingga produsen menggunakan strategi keusangan terencana dan periklanan untuk meningkatkan belanja konsumen.

Dalam politik, istilah "konsumerisme" juga telah digunakan untuk merujuk pada gerakan konsumeris, perlindungan konsumen atau aktivisme konsumen, yang berusaha melindungi dan memberitahu konsumen dengan mewajibkan praktik seperti kemasan dan iklan yang jujur, jaminan produk, dan standar keselamatan yang ditingkatkan. Dalam arti ini, ini adalah gerakan politik atau seperangkat kebijakan yang ditujukan untuk mengatur produk, layanan, metode, dan standar produsen, penjual, dan pengiklan untuk kepentingan konsumen.

Di bidang ekonomi, "konsumerisme" bisa mengacu pada kebijakan ekonomi yang menekankan konsumsi. Secara abstrak, ialah pertimbangan bahwa pilihan bebas konsumen harus sangat mengarahkan pilihan oleh produsen atas apa yang dihasilkan dan caranya, dan karena itu mengarahkan penataan ekonomi suatu masyarakat.

Di sini kita menggunakan istilah "konsumerisme" untuk memaksudkan "tingkat konsumsi yang tinggi". Definisi ini telah popular sejak 1970-an dan mulai digunakan dengan cara berikut:

  • "Konsumerisme" adalah pengumpulan produk yang egois dan sembrono, atau materialisme ekonomi. Sebagai protes terhadap hal ini, sebagian orang mempromosikan "anti-konsumerisme" dan menganjurkan hidup sederhana.
  • "Konsumerisme" adalah suatu kekuatan dari pasar yang menghancurkan individualitas dan merugikan masyarakat. Ini terkait dengan globalisasi dan untuk memprotes hal ini sebagian orang mempromosikan "gerakan anti-globalisasi".


Dalam pidato 1955, John Bugas (orang nomor dua di Ford Motor Company) menciptakan istilah "konsumerisme" sebagai pengganti "kapitalisme" untuk lebih baik menggambarkan ekonomi Amerika. Definisinya sejalan dengan visi pendiri ekonomi Austria Carl Menger (dalam bukunya tahun 1871 Principles of Economics) tentang kedaulatan konsumen, di mana kesukaan-kesukaan, penilaian-penilaian, dan pilihan-pilihan konsumen mengendalikan ekonomi sepenuhnya (konsep yang secara langsung menentang persepsi Marxis tentang ekonomi kapitalis sebagai suatu sistem eksploitasi).

Vance Packard bekerja mengubah arti istilah "konsumerisme" dari sebuah kata positif tentang praktik-praktik konsumen ke sebuah kata negatif yang berarti materialisme dan limbah berlebihan. Iklan-iklan untuk bukunya tahun 1960 The Waste Makers secara mencolok menampilkan kata "konsumerisme" dengan cara negatif.

Konsumerisme kadang dapat digunakan mengacu pada fenomena antropologis dan biologis orang-orang membeli barang dan mengonsumsi bahan-bahan melebihi kebutuhan dasar mereka. Masyarakat konsumen muncul pada akhir abad ke-17 dan diperkuat sepanjang abad ke-18. Sementara sebagian orang mengaku perubahan itu didorong oleh kelas menengah yang tumbuh yang menganut gagasan baru tentang konsumsi barang mewah dan semakin pentingnya fashion sebagai penentu untuk membeli daripada kebutuhan, banyak kritikus berpendapat bahwa konsumerisme adalah kebutuhan politik dan ekonomi untuk reproduksi persaingan kapitalis terhadap pasar dan keuntungan, sementara yang lain menunjukkan peningkatan kekuatan politik dari organisasi kelas pekerja internasional selama peningkatan pesat dalam produktivitas teknologi dan penurunan kelangkaan yang diperlukan sebagai katalis untuk mengembangkan budaya konsumen berdasarkan pada hiburan, kepemilikan rumah dan hutang.

Pandangan kelas-menengah yang lebih positif berpendapat bahwa revolusi ini mencakup pertumbuhan pembangunan pemukiman pelosok yang luas yang dirancang untuk memenuhi kenyamanan dan meningkatnya ketersediaan barang mewah yang ditujukan kepada pasar yang berkembang. Ini termasuk gula, tembakau, teh dan kopi; ini semakin banyak ditanam di perkebunan besar di Karibia seiring permintaan terus meningkat. Secara khusus, konsumsi gula di Inggris selama abad ke-18 meningkat 20 kali.

Kritikus berpendapat bahwa kolonialisme memang pendorong konsumerisme, tapi mereka akan menekankan penawaran daripada permintaan sebagai faktor pendorong. Peningkatan impor eksotis dan juga produksi dalam negeri harus dikonsumsi oleh jumlah orang yang sama yang telah mengonsumsi jauh lebih sedikit daripada yang dibutuhkan. Secara historis, anggapan bahwa tingkat konsumsi yang tinggi atas barang konsumsi sama dengan meraih kesuksesan atau bahkan kebebasan yang tidak ada sebelum produksi kapitalis skala besar dan impor kolonial. Pemikiran itu dihasilkan kemudian, untuk meningkatkan konsumsi di dalam negeri dan membuat budaya yang resisten lebih luwes untuk memperluas jangkauannya.

Pola ini sangat terlihat di London tempat para pedagang bangsawan dan makmur tinggal dan menciptakan budaya kemewahan dan konsumsi yang perlahan-lahan diperluas melintasi kesenjangan sosio-ekonomi. Pasar berkembang sebagai pusat perbelanjaan, seperti New Exchange, yang dibuka pada tahun 1609 oleh Robert Cecil di Strand. Toko-toko mulai menjadi penting sebagai tempat bagi para warga London untuk bertemu dan bergaul dan menjadi tujuan populer di samping teater. London juga menyaksikan pertumbuhan bangunan mewah sebagai iklan untuk posisi sosial.

Periklanan berperan utama dalam menciptakan masyarakat konsumeris, karena barang dipasarkan melalui berbagai platform dalam hampir semua aspek kehidupan, yang mendorong pesan bahwa kehidupan pemirsa membutuhkan suatu produk. Periklanan berubah seiring konsumen agar sesuai dengan targetnya, mengenali kebutuhan mereka serta asosiasi merek dan produk mereka sebelum si pemirsa sadar.

Media di mana orang-orang terpapar iklan selalu berubah dan berkembang, karena para pemasar selalu berusaha untuk berhubungan dengan pemirsa mereka, dan menyesuaikan diri untuk menjaga perhatian. Misalnya, papan reklame (billboard) dibuat sekitar waktu mobil menjadi lazim di masyarakat, dan ia diciptakan untuk memberi pemirsa rincian singkat tentang suatu merek atau suatu "ungkapan unik" yang bisa dikenali dan diingat oleh seorang pengemudi. Pada abad ke-21 ada fokus yang ekstrem pada teknologi dan digitalisasi budaya. Banyak iklan dilakukan dalam kampanye-kampanye terpadu melalui berbagai media yang membuat mengabaikan pesan-pesan perusahaan hampir tidak mungkin.

Aram Sinnreich menulis tentang hubungan antara pengiklan online dan penerbit dan bagaimana hal itu diperkuat oleh digitalisasi media, karena data konsumen selalu dihimpun melalui aktivitas online mereka. Dengan cara ini, konsumen dibidik berdasarkan pencarian mereka dan diberondong dengan informasi tentang lebih banyak barang dan jasa yang pada akhirnya mungkin mereka butuhkan, yang memosisikan diri sebagai kebutuhan bukannya keinginan.

Tren ini sangat dipercepat pada abad ke-18, seiring meningkatnya kemakmuran dan mobilitas sosial meningkatkan jumlah orang dengan penghasilan bebas untuk konsumsi. Pergeseran penting mencakup pemasaran barang untuk individu dibandingkan dengan barang untuk rumah tangga, dan status baru barang sebagai simbol status bukan karena kegunaannya semata. Penemu dan pengusaha tembikar, Josiah Wedgwood, melihat bagaimana mode aristokrat perlahan-lahan meresap ke dalam masyarakat. 

Dia memelopori penggunaan teknik-teknik pemasaran untuk memengaruhi dan memanipulasi arah selera dan kesukaan yang berlaku agar barangnya diterima di kalangan aristokrat; hanya masalah waktu sebelum barangnya diborong dengan cepat oleh kelas menengah juga. Contohnya diikuti oleh produsen lain dari berbagai macam produk dan penyebaran dan pentingnya gaya konsumsi menjadi semakin penting.

Revolusi Industri secara dramatis meningkatkan ketersediaan barang-barang konsumsi, walaupun utamanya masih terfokus pada sektor barang modal dan infrastruktur industri (yaitu pertambangan, baja, minyak, jaringan transportasi, jaringan komunikasi, kota industri, pusat keuangan, dan lain-lain). Munculnya department store merupakan pergeseran paradigma dalam pengalaman berbelanja. 

Untuk kali pertama, kita bisa membeli beragam barang menakjubkan, semua di satu tempat, dan berbelanja menjadi kegiatan rekreasi populer. Bila sebelumnya normanya adalah kelangkaan sumber daya, era Industri menciptakan situasi ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Untuk kali pertama dalam sejarah produk-produk tersedia dalam jumlah yang luar biasa, dengan harga sangat rendah, yang tersedia untuk hampir semua orang di negara industri.

Pada pergantian abad ke-20 rata-rata pekerja di Eropa Barat atau Amerika Serikat masih mengeluarkan sekitar 80-90% dari pendapatan mereka pada makanan dan kebutuhan lainnya. Yang dibutuhkan untuk mendorong konsumerisme adalah sebuah sistem produksi dan konsumsi massal, yang dicontohkan Henry Ford, produsen mobil Amerika. 

Setelah mengamati jalur perakitan di industri pengepakan daging, Frederick Winslow Taylor membawa teorinya tentang manajemen ilmiah ke penataan jalur perakitan di industri-industri lain; ini menghasilkan produktivitas luar biasa dan mengurangi biaya semua komoditas yang diproduksi di jalur perakitan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun