Mohon tunggu...
Hendy Adinata
Hendy Adinata Mohon Tunggu... Freelancer - Sukanya makan sea food

Badai memang menyukai negeri di mana orang menabur angin | Email: hendychewadinata@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berperan bagi Bangsa? Mengapa dan Bagaimana?

30 Juli 2019   08:59 Diperbarui: 13 Agustus 2019   15:32 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saranghae Indonesia

Sebuah pertanyaan "Mengapa kita harus berperan di tengah bangsa ini?" hm... bisa jawab? Aku beri 10 detik deh untuk jawab... satu... dua... tiga... empat... ya udahlah.

Masih bingung? Oke deh Aku akan sederhanakan lagi, kali ini benar-benar sederhana. Pertanyaannya jadi begini "Mengapa kamu harus berguna bagi orang lain?" nah, lebih simpel kan. Sekali lagi, bisa jawab nggak? Hm... kalau ga bisa, lanjutin bacanya.

Mungkin ga ada jawaban yang mutlak untuk menjawab pertanyaan di atas. Jawabannya pun bisa macem-macem tergantung suasana hati. 

"Mengapa kamu/kita harus berguna bagi orang lain?" Sebenarnya bukan berguna tidak bergunanya sih yang menjadi permasalahan, tetapi 'orang lainnya itu loh siapa dulu. Kita kenal nggak sama dia? Dia ramah nggak dengan kita? Apa yang sudah dia lakukan sampai-sampai kita harus baik sama dia? Eh harus berguna, eh berperan... eh... ya apalah gitu.

Yang menjadi masalah adalah kepada siapa kita harus berguna. Tentunya jika orang itu adalah orang yang kita cintai, wow.... Yang disayang maksudnya. Merugi pun kita tidak merasa rugi. 

Benar nggak? Berkorban bantuin dia juga ndak merasa itu buang-buang waktu. Ciyeeee yang pernah bantuin pangeran/tuan puteri idamannya, pura-pura bilang nggak papa... nggak berat, nggak menganggu. Halah.

Sama halnya dengan berperan bagi bangsa. "Mengapa kita harus berperan bagi bangsa Indonesia?" Hm... apa ya? Pinjam jawaban di atas, sekali lagi bukan masalah berperan bagi Indonesianya, tapi Indonesia itu negara apa dulu. Jika ditanya, kebanyakan dari kita pasti menjawab buat apa? 

Negara yang nggak maju-maju, negara yang segala sesuatunya selalu dibikin ribet, nggak tertib, demo-demo ribut agama melulu, yang nggak ngerti Pancasila dijadikan Duta Pancasila, film-film produksi dalam negeri juga jelek, kebanyakan acara pertelevisian yang kurang mendidik, dan segudang kejelekan lainnya. 

Ya, bila benci, tetap aja negeri ini nggak akan ada bagus-bagusnya di mata kita. Jika kita tidak menemukan keindahan terhadap bangsa kita sendiri, bagaimana kita bisa cinta? Kita hanya melihat kejelekan.

Jika tidak cinta bagaimana kita bisa berperan untuknya? Semuanya pasti akan terasa berat, merepotkan membuang-buang waktu. 

Tidak seperti pangeran/tuan puteri yang kita idolakan tadi, membatalkan pertemuan dengan Dosen Pembimbing pun rela bila harus menemani sang idola jalan-jalan ke mall atau ngajarin dia soal Fisika.

Menumbuhkan rasa cinta terhadap bangsa sendiri itulah PR besar kita. 

Perasaan cinta terhadap bangsa juga merupakan sebuah proses. 

Abstrak memang, karena bangsa itu kan bukan orang. Bangsa yang menarik mungkin tampil dengan gedung-gedung pencakar langitnya, gemerlap dan gemerlipnya di waktu malam, keindahan kotanya, kecanggihan teknologinya dan infrastrukturnya, kemolekan warga negaranya, sejarah monementalnya dan karyanya di kancah dunia. 

Sebaliknya, bila negara itu tampil dengan kekumuhannya, kesemerautannya, wabah penyakitnya, keterbelakangan warga negaranya, jumlah penganggurannya dan lain-lain.

Kamu akan lebih cinta yang mana? Korea selatan atau Afrika Utara? Jakarta atau Wamena? Hm... jawab sendiri deh.

Yang menjadi persoalan adalah bangsa itu kita cintai atau tidak? Kita pasti berguna/berperan bila kita cinta padanya, otomatis, absolut! 

Bagaimana caranya berperan? Ya cinta padanya dahulu, setelah itu kehadiranmu pasti akan berdampak bagi negara ini (tinggal besar kecil dampaknya aja). 

Menurut Penulis, logika dalam cinta itu hanya satu, yaitu "Berpikir bagaimana untuk kebaikan dan kebahagian dia saja". 

“Bagaimana caranya kita berperan bagi bangsa?” Nggak usah muluk-muluklah, bangun dulu perasaan cinta padanya. Langkah selanjutnya tularkan rasa cinta itu pada sesama. Apapun yang membuatmu cinta dan jatuh hati sehingga mau berbuat untuk kebaikan negeri ini. Penulis hanya ingin mengajak untuk mempromosikan kelebihan negeri ini agar yang lain juga menemukan keindahan-keindahannya.

Sekian

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun