Mohon tunggu...
Humaniora

Benih Organik dalam Rahim Bumi

4 Desember 2017   21:06 Diperbarui: 26 Desember 2017   17:21 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: caratanam.com

Keseimbangan ini menetralkan ketimpangan lingkungan yang disebabkan dominasi laki-laki. Untuk itu, sudah saatnya dunia mengakui eksistensi perempuan sebagai makhluk penuh kasih tidak hanya terhadap diri sendiri dan anak-anaknya, tetapi juga alam. Peran esensial perempuan juga perlu diaplikasikan dalam penggunaan air, khususnya dalam sektor agrikultur. Modernisasi tidak boleh merobohkan dinding persediaan sumber daya alam. Pemanfaatan air perlu dianalogikan dengan sensibilitas seorang ibu dalam proses pertumbuhan anak-anaknya. Anak-anak ditumbuhkan dengan kasih sayang, begitu pula air perlu "disayangi" dengan dijamin ketersediaannya untuk generasi mendatang (sesuai konsep keberlanjutan).

Ekofeminisme dalam Metafora Benih Organik

Eksistensi ekofeminisme dilambangkan sebagai kemunculan benih organik yang dianggap sebagai anugerah kehidupan. Benih ini hadir sebagai mukjizat yang menjadi solusi akan benih-benih monster yang berasal dari tangan-tangan pebisnis rakus pembajak alam. Metafora benih ini dipakai untuk mengembalikan harkat seorang petani yang sungguh sangat berjasa. Petani dianggap sebagai profesi yang kurang populer, padahal mereka adalah co-creator alam yang menjamin kelangsungan hidup manusia di muka bumi. 

Pematenan benih yang berorientasi keuntungan dikritik habis karena memodifikasi alam melalui konglomerasi. Padahal, alam pada hakikatnya adalah milik bersama.  Inilah sesungguhnya konsekuensi memandang alam sebagai barang umum atau barang milik bersama, sifatnya non-rivalrous dan non-excludable. Eksistensi sebagai barang umum dan sifat egoisme manusia mendorong perlunya kontrol. Di sinilah, benih organik berperan. Sebagai perlambang kasih perempuan yang merawat calon generasi masa depan dalam rahimnya, benih organik menjadi anugerah embrio dalam rahim bumi.

Benih Organik: Solusi Krisis Air Dunia

Embrio benih organik berkontribusi penting dalam normalisasi unsur-unsur alam. Normalisasi ini penting untuk menjamin keberlangsungan biokomunitas. Penggunaan benih organik beserta sistem organik dalam praktik agrikultur, khususnya pertanian, mampu mengurangi paparan negatif pada alam. Pengurangan ini turut berkontribusi pada tingkat konsumsi air sektor bersangkutan.

Konsumsi air sektor agrikultur sebenarnya dapat dikurangi dengan industrialisasi peternakan. Namun, solusi ini berpotensi menimbulkan masalah baru berupa alih fungsi lahan dan emisi gas rumah kaca berlebih. Dengan demikian, pola pertanian organik menjadi solusi yang potensial. Pola ini terbukti mampu mengurangi tingkat konsumsi air, khususnya jumlah air yang dicemar. Penelitian terkait hubungan pola pertanian organik dan tingkat konsumsi air belum banyak dilakukan. Untuk itu, penting untuk melakukan penelitian semacam ini, sehingga mampu membuka mata dunia akan krisis air yang sedang dialami, sembari memberi alternatif bagi masyarakat untuk berkontribusi aktif dalam pengurangan krisis air. Benih organik, sebagai perwujudan kasih perempuan pada alam, menjadi solusi krisis air dunia juga akan semakin efektif jika dipadukan dengan perubahan pola makan ke arah vegetarian.

Internalisasi dalam Struktur Sosial

Walau pun sangat potensial, aplikasi pola pertanian organik berupa pemanfaatan produk-produk organik oleh masyarakat bukan perkara mudah. Produk organik adalah hal yang baru dalam kebiasaan masyarakat. Tingkat kepedulian akan konsumsi produk organik masih rendah, khususnya di Indonesia. Rendahnya kepedulian ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti belum ratanya distribusi, harga yang lebih mahal, terbatasnya ketersediaan, batas kadaluarsa yang cepat, serta kurangnya informasi tentang manfaat konsumsi. Intervensi produk organik perlu dilakukan dengan internalisasi pada level mikro, meso, hingga makro. Internalisasi memerlukan waktu dan strategi yang tepat. 

Memasukkan nilai baru dalam struktur sosial masyarakat tentu memerlukan waktu, apalagi nilai tersebut menyangkut sendi-sendi utama kebiasaan manusia. Dalam konteks ini, pola konsumsi menjadi sendi yang ingin diubah. Selain waktu, internalisasi juga memerlukan strategi yang tepat. Strategi perlu menyertakan sosialisasi yang menarik dan konsisten. Masyarakat perlu diedukasi akan pentingnya konsumsi produk organik dari sisi ekonomi (seperti pendapatan petani), sosial (seperti kesehatan), hingga lingkungan (seperti tingkat konsumsi air).

Internalisasi juga perlu dilandasi dengan etika kepedulian. Etika kepedulian adalah suatu bentuk kritik terhadap relasi manusia dan alam yang bersifat dominatif. Dasar relasi yang terbangun selama ini adalah kompetisi dan konflik. Padahal, manusia sesungguhnya hanya satu entitas dalam kumpulan entitas besar alam. Untuk itu, etika kepedulian hadir sebagai jembatan penghubung. Antroposentrisme tidak lagi populer ketika manusia memandang dirinya yang begitu kecil terhadap alam yang raksasa ini. Pada akhirnya, menanamkan benih organik dalam rahim bumi perlu dilakukan dengan internalisasi dalam struktur sosial masyarakat yang dilandasi dengan etika kepedulian.

Baca artikelnya di sini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun