Saya tidak punya komitmen yang dogmatis tentang perlu atau tidaknya pendaki memakai bantuan oksigen. Biasanya saya memang tidak memakai, tapi kali ini saya akan pakai. Ada 3 alasan mengapa kali ini saya putuskan memakai oksigen.
Yang pertama adalah alasan kebugaran. Oktober tahun lalu saya terlibat dalam kecelakaan lalu lintas, sehingga harus menjalani beberapa kali operasi. Proses penyembuhan pasca operasi menyebabkan terhambatnya latihan rutin yang biasa saya lakukan. Ditambah lagi, satu minggu menjelang keberangkatan ke base camp, ada pembengkakan di gusi yang membuat gigi saya harus dicabut.
Alasan kedua adalah karena kurang optimalnya proses aklimatisasi. Karena kekurangan Sherpa, kami gagal bermalam di 'South Col' pada tahap aklimatisasi akhir. Periode 24 jam di ketinggian 7,900 m tanpa oksigen akan memberikan kesempatan yang baik bagi tubuh untuk menyesuaikan diri dengan ketinggian ekstrim. Tapi bila kita mendaki dengan oksigen, hal ini tidak akan menjadi masalah.
Alasan ketiga adalah karena masih tebalnya salju di sepanjang jalur pendakian. Hanya ada 8 Sherpa yang masih bisa saya andalkan. Saya perlu mereka untuk segera menyiapkan camp-5. Tidak mungkin mereka saya minta untuk membuka jalur sekaligus membawa beban berat untuk supply logistik camp-5.
Karena itu, Bashkirov, Vinogradski dan saya yang akan bergantian bertugas membuka jalur. Dengan ketebalan salju yang mencapai lutut, bahkan di beberapa tempat mencapai pinggang, ini benar-benar akan menjadi pekerjaan yang brutal.
Dari 8 Sherpa yang ada di 'South Col', hanya Apa dan Dawa yang akan kami minta membantu hingga puncak. Sisanya kami minta untuk menyalurkan logistik ke camp-5, yang akan kami fungsikan sebagai camp 'emergency' saat turun.
Beberapa kali Apa minta saya untuk tidak usah memikirkan camp-5 lagi, sebab anak buahnya pasti akan dapat menyelesaikannya tepat waktu.
'Summit Push'
Team meninggalkan 'South Col' tepat tengah malam 26 April. Saya berjalan paling depan untuk membuka jalur, Apa tepat di belakang saya. Di belakang Apa adalah Vinogradski dan Bashkirov, di ikuti Misirin, Asmujiono dan Iwan Setiawan. Paling belakang adalah Dawa dan ke-enam Sherpa yang membawa logistik untuk camp-5.
Untuk menghemat oksigen, saya mengalirkannya dengan kecepatan 1 liter per-menit. Sampai ketinggian 8,300 m, kecepatan saya masih konstan tapi anggota team mulai tercecer. Saya terus berada di depan untuk membuka jalur.
Setelah 9 jam bergelut dengan salju setinggi paha, akhirnya saya sampai di Puncak Selatan (8,749 m), benar-benar kelelahan.