Mohon tunggu...
Hendro Adrian
Hendro Adrian Mohon Tunggu... Insinyur - Penggemar 'Dream Theater'

Pecinta cerita 'mountaineering'

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Terbang dengan Balon Udara di Langit Kapadokya

15 April 2019   00:39 Diperbarui: 18 April 2019   20:56 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Langit Kapadokya saat matahari terbit yang dipenuhi dengan aneka warna balon udara (Koleksi pribadi)

"Kondisi ideal untuk penerbangan balon adalah saat kecepatan angin stabil antara 5 hingga 10 km/jam. Bila ramalan cuaca menyatakan kecepatan angin akan melebihi 15 km/jam, pilot pasti membatalkan penerbangan. Dengan kondisi angin seperti itu, jangankan terbang, untuk tahap persiapan pun sudah sulit dilakukan" lanjut Ogu lagi. 

"Can you elaborate more on that, Ogu..." saya minta Oguzhan untuk menerangkan lebih detail, sebab banyak wisatawan - termasuk kami - seringkali kesal bercampur kecewa saat penerbangan dibatalkan, tanpa sedikitpun menyadari bahwa pembatalan tersebut terpaksa dilakukan demi keselamatan. 

Dengan bersemangat, sambil ditemani simit - cemilan khas Turki - dan wine lokal, Oguzhan kemudian menceritakan dengan detail pengaruh angin yang umumnya menjadi penyebab utama pembatalan penerbangan balon. Di bawah ini saya tuliskan rangkumannya.

Angin benar-benar menjadi faktor utama dalam penerbangan balon. Bahkan pada saat masih tahap persiapan-pun, arah dan kekuatan angin sudah harus diperhitungkan dengan seksama. 

Sebelum terbang, balon lebih dulu dikembangkan dengan cara diisi udara biasa dengan memakai kipas angin. Bila angin bertiup kencang, balon akan langsung mengembang dan terseret angin beserta beban keranjangnya seperti efek layar. Hal ini sudah cukup untuk menggagalkan penerbangan. 

Kemudian saat balon sudah mengudara, angin kencang dapat membawa balon terbang lebih jauh dari yang diinginkan pilot. 

Karena jalur penerbangan dan jarak yang ditempuh balon ditentukan oleh kecepatan dan arah angin, ini bisa menjadi masalah jika angin membawa balon ke area yang tidak layak untuk pendaratan, misalnya permukiman padat, area yang banyak ditumbuhi pepohonan tinggi atau area perairan seperti danau dan laut. 

Terakhir pada saat pendaratan. Untuk berhenti, balon akan mengandalkan gesekan keranjang yang terseret sepanjang tanah. Perlu diingat bahwa balon tidak memiliki rem. 

Bila pada saat pendaratan angin bertiup kencang, maka keranjang yang berisi penumpang, tabung gas dan peralatan burner  yang beratnya bisa mencapai 5 ton akan terseret dan terbanting-banting di tanah sampai benar-benar berhenti. Ini tentu saja sangat berbahaya.   

"Di tempat lain pernah terjadi beberapa kecelakaan yang diakibatkan oleh angin, baik saat mengudara ataupun mendarat, tapi tidak di Kapadokya. Bagi kami, keselamatan adalah di atas segalanya. Untuk itu, para pilot di sini sangat konservatif dalam  menganalisa cuaca. Begitu ada keraguan sedikit, mereka akan memutuskan untuk tidak terbang" lanjut Ogu.

 "Kami tidak pernah menganggap pilot telah membuat keputusan buruk ketika memutuskan untuk tidak terbang, semua demi keselamatan" pungkas Oguzhan, sambil mengosongkan gelas wine-nya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun