Mohon tunggu...
Bahasa

Mencintai Bahasa Indonesia is More Than Words

12 Maret 2019   23:05 Diperbarui: 12 Maret 2019   23:38 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Pada beberapa kesempatan, saya mendengar siswa yang bersekolah di "sekolah internasional" menyebut dua ungkapan berikut terkait pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah. Ungkapan pertama: "Kami, kan, sudah biasa berbahasa Indonesia, Pak. Mengapa kami harus belajar bahasa Indonesia lagi di kelas?" Ungkapan kedua: "Orang tua kami berkata bahwa bahasa Indonesia tidak begitu perlu dalam dunia kerja dan hubungan dengan banyak orang di dunia ini. Menguasai bahasa Inggris jauh lebih penting daripada bahasa Indonesia".

Sebagai guru Bahasa Indonesia, saya terperanjat mendengar dua ungkapan polos yang keluar dari mulut para siswa yang sesungguhnya adalah orang Indonesia. Seperti banyak guru lain, saya langsung bereaksi (maaf kalau tidak banyak guru yang seperti ini, hehe...). "Anda orang Indonesia, kan? Sudah seharusnya Anda bangga dengan bahasa Indonesia. Di luar negeri, Anda tidak akan dikenal sebagai orang asing yang mampu berbahasa Inggris karena mungkin orang-orang di sana jauh lebih menguasai bahasa Inggris daripada Anda, bukan? Anda akan dikenal karena asal negara dan bahasa ibu Anda. Hal lain lagi, bahasa percakapan itu (dialek) berbeda dengan bahasa formal atau baku yang dipakai dan dipelajari di sekolah."

Usai berkata-kata, seketika dalam benak saya terlintas beberapa kata berikut: tidak nasionalis, anak-anak dan orang tua generasi Z, kehilangan identitas. Namun, saya hanya menyimpannya dalam hati.

Tanpa sengaja saya teringat lagu Westlife, "More Than Words", yang dapat dianalogikan dengan kecintaan pada bahasa ibu. Berikut kutipan dua bait pertama lagu tersebut.

Saying "I love you"
Is not the words
I want to hear from you
It's not that I want you
Not to say, but if you only knew
How easy it would be to show me how you feel

More than words
Is all you have to do
To make it real
Then you wouldn't have to say
That you love me
'Cause I'd already know

... .

Secara sederhana dua bait lagu ini menyatakan bahwa orang akan mengetahui bahwa Anda mencintainya bukan hanya dengan berkata "Aku mencintaimu". Lebih daripada kata-kata, rasa cinta dapat diketahui melalui pembuktian (membuat kata-kata menjadi nyata). Dengan demikian, kita tidak perlu berkata "Aku mencintaimu". Pembuktian (yang nyata) membuat orang tahu bahwa engkau benar-benar mencintainya. Hmmmm... Selanjutnya, silakan cari sendiri dan baca bait-bait berikutnya!

Meskipun dua bait di atas tidak terkait langsung dengan bahasa Indonesia, kata-katanya memiliki makna mendalam jika ditempatkan dalam konteks bahasa Indonesia dan ungkapan siswa pada awal tulisan ini.

Sejalan dengan ungkapan pertama para siswa, saya hendak mengatakan bahwa dalam hidup sehari-hari siswa-siswi memang sudah terbiasa bercakap-cakap dalam bahasa Indonesia. Akan tetapi, penguasaan bahasa cakapan tidak serta-merta menunjukkan bahwa kita sudah menguasai bahasa Indonesia. Banyak aspek dan kompetensi berbahasa yang perlu dipelajari di kelas. Setidaknya, melalui pembelajaran di kelas para siswa diarahkan untuk mampu membaca atau memahami bacaan, menyimak, menulis, dan berbicara sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang benar.  

Terhadap ungkapan kedua, saya ingin menuliskan lagi apa yang spontan muncul dalam benak saya ketika itu: "tidak nasionalis, anak-anak dan orang tua generasi Z, kehilangan identitas". Hanya saja, kata-kata ini tidak saya sampaikan di depan siswa. Saya menyimpannya dalam hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun