Mohon tunggu...
Hendriko Handana
Hendriko Handana Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa, menulis suka-suka

Pria berdarah Minang. Seorang family man humble. Hobi membaca, menulis, dan berolahraga lari. "Tajamkan mata batin dengan mengasah goresan pena"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Asrama Tua Menuju Istana Merdeka (5): Keberhasilan Istimewa

31 Juli 2019   18:53 Diperbarui: 23 Agustus 2019   21:26 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saya dan Laura, momen sakral saat laporan selaku perwakilan Sumatera Barat pada pembukaan pelatihan Paskibraka di Cibubur.

"Waalaikumsalam warahmatullah. Ma, seleksi sudah selesai. Alhamdulillah Riko lulus jadi Paskibraka Nasional," tangkasku tanpa basa-basi. Tentunya dengan bahasa khas kampung kami.

"Hah... beneran? Ngga salah? Kali aja masih ada seleksi berikutnya?" tak kusangka jawaban mama.

"Ya bener lah, Ma. Sudah resmi diumumkan."

Mungkin Mama kuatir, aku sedang berhalusinasi lantaran ambisiku demikian tinggi. Perihal sifatku yang satu ini, dia paham sekali.

Mama, meskipun dari awal memberikan dukungan istimewa, namun wajar kalau ia merasa tidak percaya. Sebagai seorang guru di SMA 2 Payakumbuh, ia mengerti persis, SMA mana saja yang biasa mendominasi ajang Paskibraka. Apalagi, madrasah belum masuk  perhitungan. Tidak cukup diandalkan.

~~~

Napasku masih terengah menghadapi situasi tak biasa. Masih belum percaya dengan pengumuman barusan.

Aula Kantor Diknas Propinsi Sumatera Barat penuh khalayak saat pengumuman berlangsung. Para peserta, purna paskibraka dari berbagai kabupaten/kota, pelatih, official khidmat mengikuti acara.

Aku diumumkan terpilih mewakili Sumatera Barat sebagai Paskibraka Nasional. Rasanya panas dingin dan bahagia. Segenap hadirin memberikan ucapan selamat. Ah... kalau sedikit lebay rasanya semacam ajang pemilihan Putri Indonesia. Sayangnya, tak ada mahkota tersemat di kepala.

Laura Luciana, dari Kota Pariaman terpilih menjadi pasangan propinsiku. Aya, begitu nama akrabnya kupanggil. Keberhasilannya istimewa. Ia adalah perwakilan pertama Kota Pariaman yang tahun itu baru berdiri, hasil pemekaran dari Kabupaten Padang Pariaman.

**

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun