Mohon tunggu...
Hendri Muhammad
Hendri Muhammad Mohon Tunggu... Wiraswasta - Welcome Green !! Email: Hendri.jb74@gmail.com

... biarlah hanya antara aku dan kau, dan puisi sekedar anjing peliharaan kita

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Aku Sudah Siapkan Belati untuk Membunuh Kata "Elektabilitas"

27 Maret 2019   14:52 Diperbarui: 29 Maret 2019   05:52 526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: suara.com

Tapi, dua derat angka persentase ini, disadari atau tidak, bisa mempengaruhi begitu banyak orang dan melahirkan ribuan analisa yang kalau dikumpulkan dalam seketika bisa menjadi berjilid-jilid buku. Kata elektabilitas tiba-tiba sudah mengeyampingkan banyak faktor-faktor lain, dan sudah menjadi sebuah awal sekaligus juga akhir dalam siklus politik di negara ini.

Jika anda ingin maju menjadi pimpinan daerah atau presiden di negara ini, maka yang dilihat pertama kali adalah berapa besar angka elektabilitas anda. 

Saat anda akan berbicara dengan orang-orang, organisasi, atau partai politik, maka anda akan melakukan lobby-lobby dengan berpijak pada kata ini, seberapa besar tingkat keterpilihan anda dibandingkan dengan calon-calon yang lain. Kemudian baru berapa besar "amunisi" yang anda miliki untuk menghimpun dukungan logistik guna meningkatkan elektabilitas pada masa kampanye.

Jika ada yang berpikir tentang kesamaan ideologi atau visi misi yang dimiliki seorang calon untuk memperoleh dukungan politik, maka bersiaplah untuk kecewa.

Ideologi dalam politik saat ini adalah sesuatu yang bisa dikesampingkan, dikompromikan, diadaptasi, atau dinegosiasikan, sejauh semua pihak yakin dengan elektabilitas sang calon. Begitu juga dengan usaha-usaha untuk memperoleh dukungan dari organisasi atau para donatur. Akan menjadi jelas bahwa posisi negosiasi akan ditentukan oleh berapa besar tingkat elektabilitas sang calon pada saat itu.

Inilah penjelasan paling logis dari peristiwa yang sering kita dengar dimana banyak calon kepala daerah yang kecewa karena justru dia tidak didukung oleh partainya sendiri saat maju dalam pemilihan. Sudah patut diduga bahwa pengkhianat itu bernama "elektabilitas", selain masalah uang tentu saja.

Begitu juga setelah seseoarang resmi menjadi "kandidat" pada pemilihan umum, maka hari-harinya akan diisi dengan usaha-usaha untuk meningkatkan "elektabilitas".

Politik sudah menjadi suatu yang lebih personal karena fokus utamanya pada para kandidat, dan strategi kampanye dirancang dengan jauh lebih menitikberatkan pada program-program peningkatan elektabilitas.

Bisa jadi ini ada hubungannya dengan istilah-istilah yang belakangan mulai muncul, seperti political scientist, atau political engineering. Politik seolah-olah sudah bergeser menjadi bidang kajian eksakta, dimana banyak hal sudah terkuantifikasi, veriabel-variabel yang berpengaruh sudah mulai disederhanakan, dan diformulasikan, demi tujuan-tujuan elektabilitas.

Kalian mungkin tidak percaya kalau pihak-pihak yang menawarkan algoritma atau formulasi tentang cara cepat meningkatkan elektabilitas adalah pihak yang paling dibutuhkan saat ini, sekaligus juga pihak yang akan mendapatkan keuntungan sangat besar.

Aku tegas mengatakan hal ini, karena hubungan erat antara elektabilitas dengan uang. Elektabilitas adalah sesuatu yang bisa didongkrak dengan uang, dalam jumlah yang fantastis tentu saja. Untuk pemilihan presiden, persen demi persen kenaikan elektabilitas berbanding lurus dangan trilyun demi trilyun uang yang dikeluarkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun