Mohon tunggu...
Hendri TriNuryadi
Hendri TriNuryadi Mohon Tunggu... Mahasiswa Pendidikan Masyarakat, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta

"Saya adalah mahasiswa yang bersemangat dalam menggabungkan agrikultur dengan pengembangan komunitas. Saya percaya bahwa praktik pertanian berkelanjutan dapat menjadi fondasi yang kuat untuk memberdayakan masyarakat, menciptakan kemandirian, dan meningkatkan kesejahteraan bersama. Lebih dari itu, saya sebagai mahasiswa tunanetra memiliki ketertarikan mendalam pada bidang pijat kebugaran tunanetra. Saya melihat potensi besar dalam profesi ini untuk tidak hanya memberikan keterampilan yang berharga, tetapi juga membuka peluang ekonomi dan meningkatkan kualitas hidup individu tunanetra, sekaligus berkontribusi pada kesehatan dan relaksasi masyarakat luas. Melalui perpaduan minat ini, saya bertekad untuk menciptakan dampak positif yang nyata."

Selanjutnya

Tutup

Politik

100 Hari Masa Kerja Pemerintahan PRABOWO-GIBRAN dalam Kemandirian Energi Nasional

24 Juni 2025   11:41 Diperbarui: 24 Juni 2025   11:41 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pemerintahan Prabowo-Gibran telah menetapkan 8 sektor dan 28 komoditas sebagai prioritas utama dalam agenda penghiliran, yang diandalkan sebagai salah satu instrumen kebijakan kunci mencapai target pertumbuhan ekonomi 8% pada 2029.

Berdasarkan peta jalan penghiliran Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM (2024), potensi investasi terkait penghiliran 28 komoditas diproyeksikan lebih dari Rp9.500 triliun (US$685 miliar). Penghiliran diproyeksi berkontribusi terhadap peningkatan ekspor Rp13.700 triliun (US$857,9 miliar), tambahan produk domestik bruto (PDB) Rp3.700 triliun (US$235,9 miliar), serta penciptaan lebih dari 3 juta lapangan kerja hingga 2040.

Penghiliran migas menjadi bagian dari kebijakan penghiliran nasional itu, sebagaimana tercantum dalam Kepres No. 1/2025 tentang Satuan Tugas Percepatan Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional. Di antara program penghiliran prioritas adalah menambah kapasitas kilang minyak 1 juta barel per hari, yang tersebar di Kalimantan, Jawa, Sulawesi dan Maluku-Papua. Penghiliran gas bumi, terutama untuk mendukung smelter dan petrokimia, juga jadi fokus utama. Sejumlah proyek strategis disiapkan, mencakup pembangunan pabrik ammonia, urea, metanol, serta smelter. Investasi penghiliran migas hingga 2040 diproyeksi menghasilkan nilai tambah Rp1.000 triliun (US$68,3 miliar).

Penghiliran di sektor migas bukanlah hal baru karena sudah dilakukan jauh sebelum penghiliran di sektor mineral dan batu bara. Penghiliran migas telah diatur dalam UU No. 44/1960 tentang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi, dan UU No.22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. UU 44 mengatur pemurnian dan pengolahan migas, adapun UU 22 mengatur usaha hilir migas, meliputi pengolahan, pengangkutan, penyimpanan, dan niaga.

Bagi Indonesia, penghiliran migas berperan penting dan relevan untuk terus dilanjutkan setidaknya karena tiga hal. Pertama, menghasilkan efek berganda dan nilai tambah ekonomi yang berkorelasi positif terhadap pencapaian target pertumbuhan ekonomi.

Kedua, penghiliran telah berjalan baik, yaitu dengan keberadaan kilang migas dan sejumlah industri kunci yang terkait dengannya di sisi hulu sebagai pemberi input

(backward linkage) maupun di sisi hilir yang menggunakan output (forward linkage).Ketiga, sisi hilir dan huluterkait penghiliran migas itu punya keterkaitan antar sektor yang luas dan menciptakan efek berganda ekonomi.

Dalam studi Rakhmanto, dkk (2025), hulu minyak bumi punya keterkaitan dengan 79 sektor pemberi input, dan 17 sektor pengguna output. Adapun hulu gas bumi punya keterkaitan dengan 83 sektor pemberi input dan 30 sektor pengguna output.

Kajian ReforMiner (2025) dengan metode analisis input-output menemukan, dari penghiliran migas yang telah berjalan, terdapat 12 sektor pengguna output dari tam-bang migas. Dari sektor hulu ini, tiga di antaranya yang utama atau punya porsi input terbesar dari pertambangan, yakni sektor 95 (barang hasil kilang) 45%---60%, sektor 96 (kimia dasar nonpupuk) 30%---45%, dan sektor 97 (pupuk) 20%---35%. Selama 10 tahun terakhir, nilai tambah ekonomi dari ketiga sektor itu mencapai Rp17.671 triliun. Sektor 95 berkontribusi Rp6.508 triliun, sektor 96 menyumbang Rp6.802 triliun, dan sektor 97 sebesar Rp 4.361 triliun. Namun, tidak seluruh inputdari domestik. Substitusi impor output hulu migas akan signifikan meningkatkan nilai tambah penghiliran. Substitusi akan mengungkit nilai indeks multiplier effect. Di sektor 95 akan naik 1,84, sektor 96 meningkat 3,57, dan sektor 97 meninggi 0,34.

Artinya, jika output hulu migas dari domestik ditingkatkan, nilai tambah investasi Rp1 triliun di sektor 95 akan naik dari Rp6,07 triliun menjadi Rp7,91 triliun; sektor 96 naik dari Rp4,11 triliun menjadi Rp7,68 triliun dan sektor 97 naik dari Rp3,14 triliun menjadi Rp3,49 triliun.Berdasarkan signifikansi keterkaitan antarsektor dan multiplier effect nilai tambah ekonomi, ketiga sektor utama itu perlu mendapatkan prioritas perhatian, dukungan dan kemudahan terkait dengan kebijakan penghiliran.

Dengan porsi input dari impor yang masih besar, upaya peningkatan output domestik dihulu migas perlu mendapat perhatian khusus. Kemudahan investasi, kecepatan-penyederhaan perizinan dan proses bisnis, kepastian-konsistensi regulasi, dan kebijakan harga yang tepat di sisi hulu-midstream-hilir untuk mendukung peningkatan outputhulu migas domestik menjadi kunci peningkatan nilai tambah penghiliran menyeluruh, optimal, dan berkelanjutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun