Mohon tunggu...
Hendra Kumpul
Hendra Kumpul Mohon Tunggu... Lainnya - Ro'eng Koe

Sedang Belajar Menulis ndakumpul@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

ODGJ dan Filsafat Wajah Emmanuel Levinas

30 Maret 2020   09:49 Diperbarui: 18 April 2020   17:36 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Emmanuel Levinas. Sumber: Pinterest.

Pertama, wajah adalah dia yang lain yang datang menghampiri saya sebagai orang asing, miskin, janda, dan orang-orang yang dipinggirkan serta dikucilkan dalam tatanan masyarakat. Ketiga figur ini melambangkan figur-figur orang kecil yakni orang yang tak berdaya dan dipinggirkan dalam tatanan sosial masyarakat.

Kedua, wajah menyatakan diri sebagai yang telanjang. Dia polos dan tidak tersembunyi. Dia menampilkan diri apa adanya, jujur, dan ikhlas tanpa membela diri. Dia memang tidak bisa membela diri karena dia miskin. Karena itu, dia tidak dapat melindungi dirinya sehingga ia membutuhkan suatu pembelaan.

Ketiga, penampakan (epifani) wajah merupakan tempat wahyu keagungan Allah sebagai sebuah enigma (jejak). Dengan demikian menjumpai Allah adalah menjumpai sebuah enigma karena manusia tidak bisa memandang wajah Allah "dari muka ke muka". Oleh karena itu, menurut Levinas enigma Allah hanya dapat dialami dan dirasakan dengan sesama yang lain di dunia ini (Felix Baghi, 2012: 63-64).

Wajah sebagai orang asing, janda, yatim piatu, orang miskin, dan kaum terpinggir lainnya yang merupakan enigma Allah memiliki resistensi untuk tidak "dibunuh" dan diabaikan. Hal ini merupakan pertanda bahwa wajah memiliki otoritas untuk melawan siapapun yang hendak melakukan "pembunuhan" serta mengabaikannya. Dengan demikian, wajah merupakan realitas kemanusian universal yang beroposisi dengan setiap tindakan kekerasan. Wajah secara kontinu memanggil kita untuk menjumpai dan bertanggungjawab terhadap penderitaannya. Hanya dengan bertanggungjawab terhadap wajah, kita mengambil bagian dalam tugas kemanusian universal.

ODGJ dan Filsafat Wajah Emmanuel Levinas

Berdasarkan pemaparan di atas, saya berkesimpulan bahwa ODGJ merupakan wajah. Ada tiga alasannya. Pertama, ODGJ adalah salah satu kaum yang dipinggirkan, dikucilkan, bahkan diasingkan dalam masyarakat. ODGJ distigmatisasi sebagai orang aneh yang tingkah lakunya bebal dan kumal. Akibatnya, ODGJ diasingkan dari masyarakat dengan cara mendiamkan mereka di Rumah Sakit Jiwa, dipasung, atau dibirkan berkelana bebas. Perhatian dan perawatan terhadap mereka pun dengan sendirinya berkurang karena anggota keluarga, sahabat, dan kenalan lebih memperhatikan diri sendiri.

Kedua, ODGJ menampilkan diri secara "telanjang". Artinya, ODGJ menampilkan dirinya secara jujur, apa adanya, dan tidak tersembunyi. ODGJ tidak pernah memberikan argumen rasional mengenai kondisi kejiwaan mereka terhadap orang lain agar mereka diterima dan diperhatikan oleh masyarakat. ODGJ hanya bertingkah apa adanya, yakni melakukan sesuatu tanpa adanya pertimbangan rasional atau etis, semisal makan apa saja yang bisa di makan, tidur di sembarang tempat, berteriak secara tak karuan, dan mengeluarkan kata-kata sarkais secara bebas dan tanpa beban.

Ketiga, ODGJ merupakan jejak atau enigma Allah. ODGJ menjadi citra Allah karena memiliki kodrat sebagai manusia yang diciptakan secara istimewa oleh Allah. ODGJ mempunyai kodrat yang sama dengan manusia normal lainnya.  

Dengan demikian, ODGJ sebagai enigma Allah yang lemah, kecil, dan tak berdaya yang selalu memanggil kita melalui penderitaan mereka untuk menyapa dan bertanggungjawab terhadapnya. Dalam bahasa Inggris, bertanggungjawab disebut responsibility yang merupakan padanan dari dua kata, respons (respon) dan ability (kemampuan atau kesangupan). Maka secara harafiah, responsibility atau bertanggungjawab berarti kemampuan atau kesanggupan untuk memberikan respon.

Dalam konteks filsafat wajah Levinas, bertanggungjawab terhadap ODGJ merupakan kemampuan atau kesanggupan kita untuk memberikan respon terhadap penderitaan mereka, khususnya untuk ODGJ di Maumere yang berkelana tak karuan. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang mesti dilakuka.

Pertama, pemerintah daerah mesti membangun Rumah Sakit Jiwa karena di daerah ini belum ada Rumah Sakit Jiwa untuk menampung ODGJ. Pembanguanan Rumah Sakit Jiwa ini sangat urgen untuk mengatasi sikap apatis masyarakat yang tak memerhatikan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun