Cukup lama Erick berusaha memejam kan mata malam itu, namun  tidur tidak juga  datang. Kantukpun telah ber-kali2  membuatnya menguap, namun ada2 saja  beban pikiran membuat dia tidak bisa  pulas.Mungkin tadi pagi kebanyakan nyeruput kopi, pikirnya.Jam dindingpun  beringsut  melaju  sampai di angka 4 subuh.
Perlahan dia bangkit dari tempat tidur lalu berdiri di depan jendela kaca  mendongak menatap langit hitam.Gemuruh guntur terdengar  sekali2 dikejauhan.Sekilas dia pandangi istrinya yang tidur nyenyak telentang.Ada perasaan kagum dibenaknya disaat mengamati wajah perempuan paruh baya itu dalam2.Perjuangan hidup  puluhan tahun di kota New York tidak mudah, tapi mereka  telah lalui bersama.Kini masa  pensiun akhirnya mereka nikmati di benua Amerika.
Erick tetap  mematung dibalik jendela, dan  mulai hanyut  ke masa  lampau. Gambar2 kabur  datang dan pergi di pelupuk matanya dan memburuya terus.Mungkin ini yang membuatnya terjaga terus, pikirnya lagi.
Di luar, angin dingin musim salju  berhembus kencang menerpa deretan pepohonan dan kaca jendela.Salju2 putih  melayang berputar di udara dan beberapa serpihannya menempel di kaca jendela.
Apa yang dia lihat  di FB bulan lalu terus mengusiknya.Dia kenal betul foto  di berita duka itu.Foto si John, teman kuliahnya dulu.Dan kini telah berpulang? Secepat itu kah?
Tanpa di undang  kenangan  itu  muncul lagi,ia datang kemudian pergi  dan nempel terus
"Mestikah aku telpon Sarah untuk berbela sungkawa?"  nomor telepon  dia lirik di tangannya.Namun tetap saja dia bimbang karena dia tahu, wanita yang akan bicara di seberang sana adalah mantan pacarnya.Wanita yang pernah dia puja dan cintai.Namun Tuhan tidak mengijinkan mereka bersatu.Dia rupanya  punya rencana lain.
Erick takut percakapan akan berlanjut ke hal2 yang telah lewat  dan tidak mengenakkan.Tapi akhirnya dia menyerah  dan menelpon keluarga almarhum.Kebetulan yang terima di ujung sana, adalah suara yang dia kenal betul.Dia agak gugup, maklum mereka puluhan tahun telah tidak berhubungaan.
"Hello?"
"Sarah?Aku Erick,"