Mohon tunggu...
Hendra Rain
Hendra Rain Mohon Tunggu... -

a good man

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kemauan Belajar yang Terbatas

19 Desember 2011   02:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:05 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Hari senin sampai dengan jumat apabila untuk seorang mahasiswa regular, itu merupakan waktu ideal untuk belajar plus sambil mengerjakan tugas. Jika ada yang rajin mungkin hari sabtu & minggu mengecek ulang dan merevisi. Hari sabtu & minggu merupakan waktu pas untuk menambah wawasan apabila sebagai mahasiswa kelas eksekutif maka hari senin sampai jumatnya merupakan waktu ideal untuk belajar, bekerja plus mengerjakan tugas. Keduanya mempunyai kewajiban dan beban yang sama, perbedaan terbesar hanya terletak pada kesenggangan waktu, untuk mahasiswa regular mempunyai kapasitas waktu yang sedikit lebih banyak untuk meningkatkan kapasitas dirinya sedangkan kelas eksekutif harus pandai mengatur waktu agar segala sesuatunya berjalan maksimal. Dua-duanya bersatu tujuan untuk mendapatkan gelar sarjana yang diimpikan.

Pencapaian menuju gelar ini tentu membutuhkan kapasitas diri yang mumpuni agar bisa mendapatkannya. Pada saat memulai di semester 1 semua sama-sama berangkat dari nol, seiring dengan waktu 1 bulan 2 bulan mulai terlihat tingkat kerajinan, kemampuan serta kemauan yang lebih menonjol atau tidak di antara satu sama lain. Golnya adalah sama-sama mengumpulkan tugas dan mendapatkan nilai bagus (A), tetapi perjalanan membuat tugas dan memahami mata kuliah ini yang sering menjadi titik jenuh bagi para mahasiswa. Titik jenuh ini yang menjadi kapasitas kemauan masing-masing individu. Kemauan masing-masing individu jelas berbeda-beda, hanya saja proses solusinya untuk mengatasinya yang berbeda-beda untuk setiap orang. Ada yang apabila sudah jenuh, maka tidak akan begitu ngotot lagi dengan kata lain agak bermalas-malasan, ada juga yang dengan mengakali belajar hal lain untuk melepas jenuh. Dari sini mulai terlihat bahwa kemauan bisa tergoyahkan pada saat proses pengerjaan tugas atau hal lain. Titik jenuh yang diaplikasikan menjadi kemalasan tentu tidak patut dilakukan untuk seorang mahasiswa/wi yang biaya kuliahnya tinggi. Kenapa Begitu?? Karena biaya yang dikeluarkan tidak sedikit dan apabila dilihat oleh mahasiswa-mahasiswa tidak mampu yang berusaha kuliah dengan beasiswa, jelas cukup menyinggung halus untuk orang-orang tersebut. Mungkin ada juga yang berpendapat bahwa semua terserah pada individunya yang mampu membayar tapi apabila di tinjau kembali jelas kemauan seperti ini membuat gap antara kualitas yang jelek dan baik semakin signifikan.

Kemauan-kemauan yang terbatas selalu menjadi kerikil bagi para mahasiswa yang sedang berproses dalam program studinya, hendaknya selalu mengingat kembali bahwa berkuliah merupakan sesuatu yang eksklusif di Indonesia sekarang ini, banyak yang ingin melanjutkan tetapi tdak mampu, banyak bakat yang bagus tapi terbuang karena tak ada kesempatan. Untuk seseorang yang bisa berkuliah sampai selesai seharusnya kewajiban utamanya adalah memiliki kemauan yang tinggi untuk lulus dan mampu berkontribusi baik bagi masyarakat dan tidak sekedar lulus hanya karena ingin mendapat pengakuan gelar sarjana. Selalu semangat dalam mengerjakan tugas dan hendaknya memiliki “Passion” terhadap program studi yang sudah dipilihnya. Sepintas kemauan adalah hal sepele mudah diucap tapi tak mudah dilaksanakan sehari-harinya dan konsisten.

Kemauan apabila dilaksanakan dengan sungguh-sungguh akan banyak dampak yang luar biasa kedepannya. Jadi mari untuk para mahasiswa/wi yang sekarang masih dalam proses belajar perkuliahan, tingkatkan kemauan anda setinggi mungkin, meningkatkan level kemampuan secara bersama-sama dalam satu angkatan dan terus meningkatkan kekuatan komunikasi niscaya kita mampu membangun negeri ini menjadi lebih baik dan mampu bersaing baik dengan negara-negara lain. Terima kasih.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun