Mohon tunggu...
Hendra Fokker
Hendra Fokker Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Sosial

Buruh Kognitif yang suka jalan-jalan sambil mendongeng tentang sejarah dan budaya untuk anak-anak di jalanan dan pedalaman. Itu Saja.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengungkap Detik-Detik Kudeta G30S/PKI

1 Oktober 2022   05:30 Diperbarui: 1 Oktober 2022   05:30 7758
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekitar pukul 02.15 WIB; D.N Aidit menginstruksikan agar nama Chaerul Saleh, Sukendro, dan Mohammad Hatta dicoret. Hal ini terjadi karena Chaerul Saleh dan Sukendro tengah berada di luar negeri. Sedangkan Mohammad Hatta, tidak dianggap berbahaya, karena bukan dari kalangan militer, dan atau memiliki kekuatan militer untuk memberi perlawanan.

Pukul 02.30 WIB; Letkol Untung telah melakukan inspeksi terakhir terhadap pasukan Pasopati (nama pasukan penculik). Dimana kemudian ia bersama para tokoh PKI lainnya memindahkan pusat komando di gedung Penas. Dari gedung inilah, proses penculikan dipantau seraya melihat perkembangan lain di beberapa tempat yang dijadikan target para pelaku Gerakan 30 September.

Seperti pendudukan RRI dan pusat telekomunikasi yang dilakukan oleh pasukan Bimasakti dibawah komando Kapten Suradi bersama anggota-anggota dari PKI. Lain hal dengan pasukan Pringgondani, yang ditugaskan untuk berjaga di sekitar Halim, yang dijadikan sentra komando mereka.

Pukul 03.00 WIB; Letnan Doel Arif membagi pasukan Pasopati menjadi tujuh kelompok tempur. Yakni:

  • Peltu Mukidjan bersama satu peleton pasukan dari Para Brawijaya ditugaskan untuk menangkap Jenderal Ahmad Yani.
  • Serka Sulaiman bersama satu peleton pasukan dari Cakrabirawa ditugaskan untuk menangkap Mayjen Soeprapto.
  • Sersan Satar bersama satu peleton pasukan dari Cakrabirawa ditugaskan untuk menangkap Mayjen S. Parman.
  • Serma Surono bersama satu peleton pasukan dari Cakrabirawa ditugaskan untuk menangkap Brigjen Sutoyo.
  • Serka Boengkoes bersama satu peleton pasukan dari Cakrabirawa ditugaskan untuk menangkap Mayjen M.T. Haryono.
  • Mayor Soekarjdo bersama pasukan dari Para Diponegoro ditugaskan untuk menangkap Brigjen D.I. Panjaitan.
  • Pelda Djuhurub bersama pasukan dari Cakrabirawa ditugaskan untuk menangkap Jenderal A.H. Nasution.

Lepas dari pukul 03.00 WIB, semua pasukan penculik menyebar ke setiap target yang dituju. Seperti kita ketahui, semua berakhir di Lubang Buaya, kecuali Jenderal A.H. Nasution yang berhasil meloloskan diri. Pada insiden di Lubang Buaya, tentu banyak versi yang memberikan argumentasinya dan buktinya masing-masing.

Tetapi yang sekiranya patut diketahui adalah proses terjadinya peristiwa kelam di malam menjelang peristiwa penculikan dan pembunuhan tersebut. Para pasukan TNI yang berhasil disusupi oleh ideologi komunis tentu menjadi catatan tersendiri dalam melihat persoalan ini. Selain fakta keterlibatan secara langsung para petinggi PKI dalam merencanakan kudeta 1 Oktober 1965.

Secara kronologis, peristiwa pembunuhan para Jenderal mungkin telah banyak diulas. Tetapi perihal mengenai keterlibatan secara langsung PKI dalam peristiwa ini, silahkan pembaca nilai sendiri. Selamat Hari Kesaktian Pancasila. Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun