Mohon tunggu...
Hendra Fokker
Hendra Fokker Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Sosial

Buruh Kognitif yang suka jalan-jalan sambil mendongeng tentang sejarah dan budaya untuk anak-anak di jalanan dan pedalaman. Itu Saja.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenang Peristiwa Sidobunder 1947

2 September 2022   05:30 Diperbarui: 3 September 2022   16:19 2052
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semua pasukan pejuang tercerai berai beberapa saat kemudian. Mereka menerjang area persawahan hingga memasuki area timur hanya dengan menyisakan beberapa pasukan. Begitupula dengan Letnan Anggoro dan Lettu Maulwi Saelan, yang memisahkan diri dari lokasi pengepungan.

Secara praktis, pasukan Belanda yang telah berhasil menguasai desa Sidobunder melakukan pembersihan dengan kekerasan terhadap penduduk desa, juga terhadap para pejuang yang tertangkap. Nah, disini dapat dilihat, bagaimana Belanda juga melanggar hukum perang bagi para penduduk sipil dan tawanan.

Menjelang sore, para pejuang yang gugur segera dikumpulkan oleh penduduk desa. Untuk dapat diurus dan diproses pemakamannya. Sambil mengurus upaya pengungsian penduduk desa ke tempat yang lebih aman. Terdata sebanyak 25 pejuang dari Tentara Pelajar gugur pada peristiwa tersebut, baik dari Sie Anggoro ataupun PERPIS Maulwi Saelan.

Sedangkan korban dari pasukan Belanda justru dikatakan lebih banyak, yakni sekitar 40 serdadunya tewas, bersama dengan seorang perwira bernama Nex. Banyak saksi yang memberitakan bahwa Nex terbunuh ketika hendak menangkap La Sinrang dan Herman Fernadez dari PERPIS.

Letnan Anggoro dinyatakan selamat karena berhasil menembus penyergapan Belanda hingga masuk ke wilayah yang dikuasai oleh laskar Angkatan Oemat Islam (AOI) di timur. Walau sempat terjadi salah paham, tetapi akhirnya ia berhasil bergabung dengan pasukan TP di Karanganyar. Begitupula dengan Maulwi Saelan, seperti yang kita kenal kelak menjadi pengawal setia Bung Karno.

Ada kisah menarik yang sekiranya dapat kita ulas dari hasil reka ulang catatan seorang pastor Belanda di penjara Gombong. Yakni ketika La Sinrang dan Herman Fernandez ditangkap dan dipenjara di Gombong, kedua pejuang muda tersebut, terlihat sangat tegar, dan tidak mau menerima ampunan dari Belanda.

Hingga beberapa saat sebelum Herman Fernandez dieksekusi, ia sempat mengakui apa yang dilakukannya kepada Nex adalah perbuatannya, dan bukan dari La Sinrang. Disatu sisi, La Sinrang tidak mengetahui bahwa Herman mengakui hal itu hanya demi menyelamatkan dirinya.

Tak ada raut wajah gentar sedikitpun dari mereka, walau pedihnya siksaan Belanda harus dirasakan keduanya selama beberapa waktu. Hingga akhirnya La Sinrang pun selamat dari eksekusi mati, seiring upaya diplomasi antara pemerintah Indonesia dengan Belanda.

"Hidup mati untuk Republik Indonesia!", sekiranya itulah pekik juang para Tentara Pelajar pada peristiwa Sidobunder. Termasuk para pelajar pejuang dari Sulawesi yang turut berjibaku mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Khususnya dari semangat juang para Tentara Pelajar pada masa lalu. Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun