Mohon tunggu...
Hendra Fahrizal
Hendra Fahrizal Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Certified Filmmaker and Script Writer.

Hendra Fahrizal, berdomisli di Banda Aceh. IG : @hendra_fahrizal Email : hendrafahrizal@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sebuah Hikayat Tentang Si Bodoh

3 Februari 2023   23:46 Diperbarui: 25 Maret 2023   14:01 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: Star on Earth Movie)

Pernah dulu sekali, saat mengobrol bersama seorang teman, dalam perspektif filsafat saya berandai-andai, jika saya kaya, saya ingin untuk membuat perusahaan besar yang isinya orang-orang  --yang dikatakan, maaf-- jelek dan bodoh.

Saya berargumen. Saya sedih melihat orang yang jelek sering gampang tersisih dengan orang yang berparas cantik. Kecantikan kerap jadi pertimbangan meloloskan seseorang mendapatkan pekerjaan. Kalau yang cantik minta tolong, lebih banyak orang yang akan membantu. Diskriminatif.

Saya terkesima ketika membaca berita tentang sebuah usaha salon, di luar negeri, melawan fenomena itu dengan memperkerjakan karyawan perempuan yang wajahnya rusak, terbakar, tersiram air keras. Ia merasa semua orang berhak mendapatkan hak bekerja sebagaimana orang lain.

Orang bodoh juga begitu. Tapi, saya belum sempat menjelaskan kalimat selanjutnya dan teman saya tertawa. Dia bilang, orang bodoh itu justru harusnya dihindari. Karena akan mereka akan menggerogoti stok kesabaran ita dan berpotensi menghancurkan perusahaan.  Lalu obrolan teman saya berlanjut ke soal bahwa kebodohan itu akibat kesalahan si orang itu sendiri yang malas belajar.

Sejenak, tiba-tiba saya jadi ingat kisah Amelia Dyer. Ia adalah warga negara Inggris yang dinobatkan sebagai salah satu pembunuh paling berdarah dingin di dunia. Ia dituduh membunuh --setidaknya-- 400 bayi yang merupakan bayi adopsi dari pengelolaan rumah perawatan bayi yang dimilikinya. Saya tidak akan menulis kisah lengkapnya, bila ingin mendapatkan cerita lengkapnya silakan langsung klik disini.

Hal yang menarik dari kisah Dyer adalah, ketika ia diadili dan kemudian dihukum mati, ada sebuah argumen hukum baru muncul, tentang apakah Dyer perlu dihukum. Jawaban kita tentu saja karena ia bersalah, namun waktu itu para praktisi hukum (modern) di Inggris memiliki pandangan berbeda.

Sebagaimana yang kemudian terungkap dalam persidangan, Dyer semasa hidup mengalami tekanan jiwa yang tinggi. Masa kecilnya, ia harus berhadapan dengan seorang ibu yang memiliki penyakit mental yang dibawa akibat tifus hingga ia wafat, sehingga Dyer tumbuh lingkungan yang merusak mental. Pada akhirnya, ia mengidap masalah yang sama.

Prilakunya yang kejam dengan menghabisi nyawa bayi-bayi asuhnya dianggap sebagai dampak penularan penyakit mental sang ibu. Karena memang manusia normal umumnya tidak akan melakukan hal sekeji ini. Toh, seorang pembunuh pun, biasanya melakukan tindakan kriminal itu selalu dengan motif; karena dendam, ingin merampok atau berkonflik. Sehingga kemudian muncullah sebuah pandangan hukum baru, tentang apakah Dyer pantas dihukum? Bukankah ia lahir dari gen gangguan mental seorang ibu dan menurun dari dirinya? Dia abai terlindungi dan dirawat oleh negara. Bila demikian tentu itu bukan salahnya. Lalu apakah ia pantas menerima hukuman? 

Hal itu menarik bagi saya. Kemudian muncul pertanyaan yang sama ketika mendengar kata 'orang bodoh.' Sepanjang yang saya perhatikan, kebanyakan dari kita ternyata tidak bisa membedakan antara orang malas dan orang bodoh. Ketika seseorang tidak tahu sesuatu karena dia malas membaca, maka orang itu akan disebut bodoh. 

Saya punya teman SD, namanya Mega. Ia rajin ke sekolah. Hampir tidak pernah absen. Tapi dia sepertinya tidak mampu menyerap pelajaran. Jika dia diminta ke depan kelas oleh guru untuk mempresentasikan sesuatu, dia diam seribu bahasa. Saya perhatikan, sepertinya dia bukan tidak bisa, tapi tidak mengerti dia harus ngapain. Teman-teman yang lain mengatakan Mega ini bodoh. Maka, muncul pertanyaan, mengapa ada orang yang rajin ke sekolah, tapi dia tidak bisa pintar?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun