Active income, pasive income, portofolio income, berpikir maju kedepan dan menjadi seorang oportunis di dunia modern. Itulah kesimpulan dari ketiga cerita tadi.
Ketika saya membicarakan hal itu dengan teman, kami semua terpaku bahwa selama ini hanya bekerja dengan active income. Tak ada pasive income. Suatu hari bisa saja kami akan lelah. Kemudian saya berpikir bahwa, kalau dikatakan bahwa tak ada satupun pasive income dalam keseharian saya, bisa dikatakan tidak juga. Saya memang tak memiliki usaha yang berwujud, seperti gerai makanan dan lainnya, tapi ada penghasilan setiap bulan yang nilainya lumayan yang menunjang active income saya.Â
Saya penghasilan dari Google Adsense, Google partner dan Facebook dan Instagram ad yang setiap bulan tetap saja memiliki pesanan walau nilainya tak besar. Tapi kalau diakumulasi, lumayan untuk sebuah pasive income. Bukankah sudah dikatakan bahwa pasive income nilainya memang tak besar kan?
Ternyata kadang saya, dan teman, juga bisa saja terjebak pada pemikiran kuno bahwa pasive income haruslah usaha berwujud. Pasive income itulah bisa kita ujicoba dalam pemanfaatan media-media baru yang hadir dan ramai sejak 10 tahun terakhir.Â
Pemanfaatan media online, sudah sangat serius saat ini, sebagaimana judul blog saya sebelum ini, Seriously Media, sosial media yang dianggap remeh, bisa menghasilkan uang 15 juta untuk 1 jam kerja, hanya untuk membantu seorang caleg yang ingin dialognya di livestreamingkan secara profesional. Itu yang saya baru nikmati 5 hari yang lalu. Menarik sekali.
Nantinya, bila kemudian pasive income ini sudah menjadi penghasilan yang sangat lumayan, baru kemudian kita dapat tekuni serius dan menjadi active income, lalu menukar balik posisi kerja active income kita menjadi pasive income. Bisa saja. Banyak PNS yang telah melakukannya.
Berpikir modern, atau modernisasi akan menggilasmu.