Mohon tunggu...
Hendra Harahap
Hendra Harahap Mohon Tunggu... Ilmuwan - Mahasiswa

Mahasiswa Pascasarjana, Magister Ilmu Politik FISIP USU

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kedaruratan dan Pendekatan Mengatasi Pandemi

5 Juli 2021   13:45 Diperbarui: 5 Juli 2021   15:01 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jika merujuk pada data yang sering kali dipublish oleh pemerintah, maka fase terburuk pandemi Covid-19 dialami Indonesia. Pada Minggu (27/6) tercatat 21.342 kasus baru ditemukan. Sebelumnya, kasus tertinggi tercatat pada Sabtu (26/6) sebanyak 21.095 kasus. Catatan tersebut termasuk yang terburuk di dunia. Melihat situs statistik worldometers, Indonesia berada pada peringkat kedua setelah India. Kondisi ini sebagai warning bagi pemerintah untuk tegas dalam memutuskan kebijakan dalam penanganan pandemi covid-19 yang hingga saat ini tak kunjung selesai.

Misalnya saja di India, kemarin mencatat kasus baru sebanyak 21.771. Indonesia dan India juga menunjukkan kemiripan fenomena, yakni lonjakan kasus setelah hari libur keagamaan. Mobilitas massal saat hari libur itu diduga menjadi salah satu pemicu penularan Covid-19 secara lebih masif, ditambah lagi dengan kemunculan varian Delta.

Tanpa penanganan yang lebih intensif dan pengorganisasian yang lebih cermat, Indonesia bisa menyusul India.Sebanyak lima provinsi di Pulau Jawa menempati posisi sebagai penyumbang kasus Covid-19 harian terbanyak. DKI Jakarta melaporkan 9.394 kasus positif, 3.506 kasus sembuh, dan 51 kasus meninggal karena Covid-19. Jawa Barat melaporkan 3.988 kasus positif, Jawa Tengah sebanyak 2.288 kasus positif, Jawa Timur melaporkan 889 kasus positif, dan Yogyakarta melaporkan 830 kasus. Setelah hampir 1,5 tahun pandemi melanda, lonjakan kasus yang terjadi belakangan ini menunjukkan nyaris belum ada perkembangan berarti dalam penanganan pandemi.

Banyak negara di Eropa dan belahan lain di dunia sudah mulai bersiap-siap merayakan kebebasan dari Covid- 19, mencabut aturan memakai masker, namun Indonesia justru makin memburuk. Evaluasi yang jujur dibutuhkan untuk ke depan. Salah satu faktor penting adalah kedisiplinan masyarakat.

Tingkat kedisiplinan warga untuk menerapkan protokol kesehatan tergolong rendah. Persoalan tersebut makin rumit ketika kebijakan dan regulasiregulasi dari pemerintah terasa tumpang tindih. Di satu sisi, mudik dilarang. Di sisi lain, tempat- tempat wisata tetap dibuka. Inkonsistensi itu memperparah kedisiplinan. Sepertinya tidak ada pilihan lain kecuali menerapkan pendekatan kedaruratan. Situasi saat ini sebenarnya darurat, ketika rumah sakit nyaris tidak bisa bertahan akibat banjir pasien Covid-19.

Pemerintah dan semua organisasi tanpa terkecuali sudah saatnya memusatkan perhatian pada satu fokus: melawan Covid-19. Masyarakat harus sadar bahwa situasi sekarang ini adalah darurat. Pada konteks kewilayahan, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara harus menjadi pelopor utama dalam memutus rantai penyebaran pandemi covid-19, pun dengan masyarakat harus memberikan sumbangsih pada aspek  kepentingan bersama dengan ikutserta mentaati anjuran kebijakan pemerintah sebagai bagian dari usaha dalam perang melawan pandemi. Sekian***

Penulis adalah Mahasiswa Pascasarjana, Magister Ilmu Politik FISIP USU Angkatan 2020.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun