Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bertoleransi Lewat FYP Tiktok "Tuhan Yesus Tidak Berubah"

19 Mei 2022   18:00 Diperbarui: 19 Mei 2022   18:01 1720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kolase tangkapan layar video TikTok (sumber: tiktok.com)

Tak hanya penyakit, demam aplikasi Tiktok juga bisa mewabah. Dari anak-remaja, yang masih sekolah hingga pekerja, ibu rumah tangga sampai konten kreator. Mereka bisa memanfaatkan aplikasi asal Cina ini.

Walaupun bukan TikTokers (penggemar aplikasi TikTok), beberapa kali saya menjumpai berita dan cerita bagaimana sebuah lagu atau unggahan bisa menjadi "viral". Istilah yang dipakai dalam hal ini adalah "FYP".

FYP adalah singkatan dari "For Your Page". Diambil dari nama kolom "For You" yang ada di beranda atau halaman depan aplikasi TikTok.

Kumpulan video pendek tersebut berdurasi antara 15 detik hingga 3 menit. Bisa berasal dari pengguna lain (random), teman (followers), dan orang yang diikuti (following).

Bagi pengguna baru, ini akan muncul di halaman depan (beranda) bermacam video yang menjadi rekomendasi. Tentunya, tidak semua konten video yang dibuat itu dapat menjadi FYP. Hanya video dengan jumlah "likes" (tanda suka) dan "views" yang sangat banyak atau sedang trending-lah yang bisa masuk FYP. Istilah umumnya menjadi yang ter-"populer".

Aplikasi TikTok yang baru mucul pada tahun 2016, menurut perusahaan riset Insider Intelligence diramalkan menjadi media sosial terbesar ketiga di dunia. Membayangi Facebook dan Instagram, dan menggeser Twitter dari segi pengguna aktif. Dalam laporannya tersebut, aplikasi membuat dan berbagi video pendek ini diprediksi memiliki pengguna aktif sebanyak 755 juta orang di tahun 2022 ini.

Dua tahun belakangan (2020-2021), TikTok menjadi aplikasi yang paling banyak diunduh secara global. Tahun 2020, ia diunduh sebanyak 850 juta kali. Tahun 2021 sebanyak 656 juta unduhan.

Walau angka tersebut turun tapi masih mengungguli tiga aplikasi buatan Meta. Berturut posisi 2-4 adalah Instagram (545 juta unduhan), Facebook (416 juta unduhan), dan WhatsApp (395 juta unduhan). Telegram, pendatang baru sang penantang aplikasi WA, berada di urutan ke-5 dengan 329 juta unduhan.

 

Generasi ber-Toleransi

TikTok memang lebih dikenal di kalangan "Gen Z" (generasi kelahiran tahun 1995- 2010). Generasi ini disebut juga sebagai "iGeneration" atau generasi internet (Net-Generation). Dunia maya, kecanggihan teknologi, tidak jauh dari kehidupannya.

Salah satu -entah ini bisa disebut sebagai kelebihan atau kekurangan- karakter yang dimiliki Gen Z adalah mereka punya kecenderungan mudah mengumbar privasi. Melalui jejaring media sosial yang bersifat publik, kerapkali kehidupan pribadi menjadi konsumsi banyak orang.

Pada sisi lain, ada hal yang nampaknya bisa dianggap lebih baik (punya nilai postif) adalah sikap toleransi yang dimiliki mereka. Perbedaan ragam kultur, budaya, dan lain-lain, bukanlah menjadi persoalan. Mereka terlihat lebih bisa menerima perbedaan itu dengan wajar. Menghormati orang dan lingkungan yang berbeda dengannya dengan cara mereka sendiri.

***

Berkaca atas dasar pemahaman ini, maka tak heran dalam aplikasi TikTok ataupun ragam komentar di Twitter, adanya FYP yang mungkin bagi sebagian orang masuk ranah "sensitif", justru berubah menjadi sesuatu yang "lucu dan menghibur". Tak perlu marah-marah hingga masuk kategori "penistaan agama" dalam menyikapinya.

Entah siapa yang me-remix lagu Sekolah Minggu kristiani anak-anak yang berjudul "Tuhan Yesus Tidak Berubah"? Tetapi sound lagu ini justru banyak di-amin-i penggunanya sampai "terngiang-ngiang". Tak mudah dilupakan atau hilang begitu saja.

Sebagaimana lazimnya lagu anak-anak yang kata-katanya mudah dicerna, pendek, dan gampang diingat dan dinyanyikan. Lagu ini pun demikian. Adapun syairnya begini.

       "Tuhan Yesus tidak berubah
       Tidak berubah, tidak berubah
       Tuhan Yesus tidak berubah
       Tak berubah selama-lamanya"

Menariknya, sound lagu ini tidak saja dibuat konten oleh pengguna umat kristiani. Malahan dipakai pula oleh mereka yang berbeda keyakinan iman sekalipun.

Sementara ini saya hanya menemukan video tersebut dari penganut agama Islam dan Buddha. Pembuat video yang memang secara jelas memberikan keterangan dalam unggahan video yang dibuatnya.  

Hal tersebut bisa diketahui dari:

1. Cara/model berpakaian.

Paling gampang adalah dari perempuan yang mempergunakan jilbab. Atau kalau laki-laki, sedang memakai baju gamis.

2. Kata-kata yang dipergunakan

Hal ini bisa diketahui dari suara yang ditampilkan atau hanya melalui tulisan yang dibuat oleh pengunggah video yang bersangkutan.

Kolase unggahan percakapan di Twitter soal FYPsound lagu di aplikasi Tiktok (olah dok. pribadi)
Kolase unggahan percakapan di Twitter soal FYPsound lagu di aplikasi Tiktok (olah dok. pribadi)

"Sound sejuta umat", demikian kutipan salah satu tulisan dari pengguna media sosial. Sebab saking banyaknya orang yang mempergunakannya dan menikmatinya.

Fenomena seperti ini tentu saja "mengharukan dan menggembirakan". Di tengah benturan paham dan ajaran radikal dan intoleran yang dilakukan oleh "generasi tua". Justru pada generasi mudanya, lahir jiwa "pemberontakan".

Ada pesan tersirat dan tersurat yang coba disampaikan. "Salam Toleransi!" Begitu biasanya anak-anak muda ini mengucapkan atau memberikan sapaan atau ending pada konten yang dibuatnya.

Seakan itu menempelak bagi mereka yang getol bermain ranah kesalehan pribadi, tapi tak punya spirit kesalehan secara sosial. Mereka yang kerap memperkosa ayat suci dan menjadi hakim spiritual. Golongan eksklusif yang merasa punya relasi dekat dengan pemilik kunci pintu dan pemborong kavling sorga.

Apa yang dilakukan generasi muda tersebut adalah pesan universal. Musik bisa melahirkan rasa keindahan dalam harmoni kehidupan. Musik bisa merangkul dan menembus batas sekat-sekat yang tercipta.

Esensi universal yang mengemuka ini melahirkan semangat hidup dalam kebersamaan. Toleransi, sapa, kegembiraan, senyum, dan kedamaian menyeruak tanpa bisa dibendung.

Apapun latar belakang peninikmatnya, FYP TikTok ini tak lagi lagi hanya terbatas pada soal agama yang eksklusif. Ia hadir dengan cinta yang ada di dalamnya. Esensi terdalam yang dimiliki oleh semua agama. Tanpa cinta yang hadir, orang tak akan bisa menerima kehadiran sound lagu "Tuhan Yesus tidak berubah."

Terima kasih untuk generasi-generasi yang bisa lebih "dewasa", yang lebih mampu melihat indahnya perbedaan yang ada ini. Salam toleransi...

19 Mei 2022

Hendra Setiawan

 

*)  Bacaan:  KompasTV,  Kompas.com1,  Kompas.com2,  FrontierDigital,  KataData,  Merdeka,  TikTok,  Twitter

**)  Terpopuler:  Kerukunan, Potret Indah Kebersamaan di Hari Lebaran

Artikel Utama:  

Merawat Ingatan, Melawan Lupa Tragedi Mei 1998

Jelajah Jalanan Kota Surabaya di Masa Arus Balik Lebaran

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun