Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Merawat Ingatan, Melawan Lupa Tragedi Mei 1998

13 Mei 2022   19:00 Diperbarui: 14 Mei 2022   00:46 1467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ribuan mahasiswa menduduki Gedung MPR/DPR saat unjuk rasa menuntut Soeharto mundur sebagai Presiden RI, Jakarta, Mei 1998. Foto: Rully Kesuma/Majalah D&R via Kompas.com

Reformasi 1998 tidak muncul begitu saja. Aksi Mei 1998 menjadi puncak dari segala buah pemikiran dan perjuangan para mahasiswa. Bendera dengan huruf "R" dalam lingkaran, menyatukan perbedaan tuntutan kecil-kecil yang ada. "Rakyat bersatu tak bisa dikalahkan," menjadi nyanyian dan yel-yel perjuangan mahasiswa.

Tanggal 12 Mei 1998, "Tragedi Semanggi"  menjadi pemantik secuil kisah pilu. Empat mahasiswa Universitas Trisakti, Jakarta meninggal dunia terkena tembakan. Siapa penembaknya? Aparat keamanan? Sniper? Entahlah... Kabar itu terus menjadi tanya tanya. Suasana chaos yang terjadi ini baru diketahui sekitar jam 8 malam.

Dari hasil identifikasi, aksi 12 Mei 1998 juga mengakibatkan banyak orang mengalami insiden. Setidaknya ada 681 orang dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia mengalami luka-luka serius.

Peristiwa paling tragis dalam sejarah kelam terjadi 3 hari berikutnya. Tanggal 13-15 Mei 1998, menjadi neraka bagi warga ibukota khususnya. Aksi penjarahan besar-besaran terjadi. Perusakan dan pembakaran di pusat perbelanjaan dan pertokoan, kendaraan bermotor, dan lain-lain, terjadi secara masif. Pergerakannya begitu cepat.

Aksi penjarahan dan pembakaran dalam tragedi Mei 1998 (foto: CHOO YOUN-KONG/AFP/Getty Images via bbc.com)
Aksi penjarahan dan pembakaran dalam tragedi Mei 1998 (foto: CHOO YOUN-KONG/AFP/Getty Images via bbc.com)

Setidaknya, 1.300 lebih orang tewas (didominasi 1.217 orang mati terbakar/dibakar) akibat peristiwa ini. Sementara, ratusan perempuan (dari 153 orang; 20 meninggal) etnis Tionghwa banyak mengalami pelecehan secara seksual. Sebagian besar adalah kasus perkosaan dan/atau dengan penganiayaan secara 'gang rape'. Korban korban diperkosa oleh sejumlah orang secara bergantian pada waktu yang sama. Bertempat di dalam rumah, jalan, dan depan tempat usaha.

Entah berapa jumlah mayat yang terlihat tercecer di jalanan, dengan hanya ditutupi koran mukanya. Namun kerusakan secara genital terpampang nyata. Darahnya sampai kental mengering dan dikerubungi lalat. Entah juga mayat mereka dimakamkan di mana kemudian, karena sesudah itu jasadnya sudah tak berada di tempatnya lagi.

Peristiwa amat menggiriskan hati ini, alangkah lebih biadabnya, ia, yang dengan kebanggaan diri memposting kabar lewat media sosialnya. Rasis dan ingin melihat kembali tragedi Mei 1998 terulang. "Kalau ingat tragedi 98... kok sy senang ya. ... Sy berdoa semoga kejadiannya terulang lagi dan harus lebih kejam..." (sumber). Ah... manusia macam apa yang lahir dan punya pemikiran seperti ini? Keyakinan iman macam apa hingga 'berhasil' menumbangkan nurani?

Aksi demo mengenang tragedi Mei 1998 (foto: TEMPO/STR/Dasril Roszandi)
Aksi demo mengenang tragedi Mei 1998 (foto: TEMPO/STR/Dasril Roszandi)

Merawat Ingatan, Melawan Lupa

Entah mengapa, 20 tahun setelah itu. Tanggal 13 Mei 2018 terjadi lagi aksi kemanusiaan mengatasnamakan agama. Teror bom di hari Minggu itu menyasar tiga gereja di Surabaya yang sedang menggelar ibadah di pagi hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun