Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Virus Mematikan Bernama Hoaks

16 Maret 2021   20:20 Diperbarui: 16 Maret 2021   20:34 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: pixabay.com

Hadiah gratis. Siapa tak mau? Tapi tautan alias link yang diberikan oleh "Nama Pemberi" tadi ternyata isinya berupa survey online. Jengkel? Tentu saja!

Hati-hati jika mendapatkan yang seperti ini. Apalagi jika isian tadi menyuruh memberikan alamat email. Lebih baik jangan diteruskan. Mana ada hadiah gratis dengan syarat yang macam-macam begitu? Kalau niat baik, pasti syaratnya juga tak neko-neko, yang sewajarnya biasa. 

4. Kisah Berbumbu

Ini istilah dari 'penulis' saja. Maksudnya, ada kalanya hoaks itu diberikan narasi yang seram. "Awas, bahaya, jangan, hati-hati, ....."

Meskipun mungkin tujuannya baik sebagai pengingat, tetapi jika ada motif lain terselubung, juga bisa membahayakan. Misalnya untuk tujuan ekonomi, penglaris dagangan, dan semacamnya.

Modus lain dengan memanipulasi foto dengan tujuan merebut simpati publik. "Tolong, bantulah, ..." Lalu, donasi kirim ke no. rekening ....

Ini juga perlu diwaspadai. Ada aturan yang jelas kok mengenai lembaga yang bisa atau boleh melakukan pengumpulan dana dari masyarakat. Tidak sembarangan, ada ijin dari pejabat yang berwenang.

Kalau pihak pengirimnya saja masih samar, terselubung, atau jangan-jangan terafiliasi ke jaringan teroris, ya niat baiknya malah jadi salah sasaran.

5. Narasi Post-Truth (Pasca Kebenaran)

Dalam hal ini, hoaks dibangun atas dasar kebenaran yang bias, yaitu ketika fakta bukan lagi menjadi sumber yang utama. Justru aspek narasi atau cerita dibuat dengan kecenderungan melibatkan emosi sebagai pembentuk opini publik.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun