Menggambarkan suasana yang sangat cocok dengan novel nya, Hafalan Shalat Delisa dalam bentuk filmnya cukup dapat membuat hati menjadi luluh dan bergetar. Terlebih lagi penggambaran tokoh yang terasa lebih apik dari pada dinikmati dengan imajinasi bacaan sendiri sehingga siapapun yang menontonya pasti akan berderai air mata.
 Meskipun berupa karya adaptasi, film ini dapat dengan tepat menggambarkan bagaimana keadaan dan suasana dari apa yang di alami oleh delisa. Penggambaran dari bagai mana Delisa dan Saudari -- Saudari nya berpakaian dan bagaimana ia berusaha menghafalkan bacaan shalat, sudah cukup untuk membuat suasana Aceh menjadi lebih berasa. Tempat dimana delisa tinggal pun menjadi salah satu ironi yang cukup kuat untuk membentuk perkembangan cerita dan karakter delisa pada masa bencana tsunami Aceh tahun 2004. Ditambah dengan ke tidak hadiran sang "Abah" yang sedang bekerja diluar kota, alur cerita pun menjadi semakin rumit dan penuh dengan keharuan.
 Terlepas dari perjuangan Delisa dan ayahnya untuk bertemu satu sama lain, Film ini cukup bagus sebagai sarana edukasi dan alternatif novel. Disisi lain, Film ini tidak terlalu di gemari oleh para pembaca novel nya karena beberapa scene yang dirasa tidak sesuai dari novelnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI