Memori saya masih mencatat nama seorang atasan saya dan jajaran teknisi serta staf Departemen Teknik di sebuah perusahaan distributor utama mesin fotokopi tahun 1980-an. Sebut saja nama manajer tersebut Insinyur KSH. Saya tulis gelar insinyur di depan namanya sebagai penghargaan bagi dia sebagai lulusan PTN teknologi di Bandung, karena sehari-hari di perusahaan tempat saya bekerja gelar akademik pada umumnya ditanggalkan, kecuali untuk bidang-bidang tertentu dan pada aktivitas tertentu yang menampilkan gelar akademik saat itu dipandang mempunyai nilai tambah, misalnya di bagian penjualan dan bagian hukum. He he he ... mudah-mudahan sekarang tidak dianggap norak.
Perbuatan bijaksana apa yang mau saya ceritakan? Ada tiga hal yang selalu saya ingat dari Manajer Teknik ini:
- Tak pernah menyalahkan anak buah bila ada kesalahan, paling ia menunjukkan ada yang tak benar tapi tak menyalahkan. Tapi kesalahan fatal tertentu misalnya berbuat curang, ya sanksinya keluar dari perusahaan.
- Ia mempunyai bawahan yang berpangkat manajer juga, yang usianya dua tahun di atas saya. Saya perhatikan untuk menghadiri rapat-rapat teknis tahunan perusahaan dengan prinsipal di Jepang dan perusahaan satu grup di Asia lainnya, lebih banyak didelegasikan kepada deputinya tersebut. Padahal bahasa Inggris Manajer Teknik tersebut sangat baik, lebih baik dari semua anak buahnya. Rupanya ia ingin memberi kesempatan meningkatkan jam terbang manajer yuniornya, sebagai pimpinan ia cukup mendapat laporan hasil rapat saja.
- Saat itu kesempatan mengikuti training teknik di Jepang untuk teknisi lapangan sangat banyak. Setiap memasarkan sebuah tipe mesin baru, satu atau dua orang teknisi dikirim ke Jepang untuk mengikuti training. Mengikuti training adalah tugas perusahaan dan peserta training wajib paham soal teknis mesin baru, karena ia harus mengajarkan lagi ke rekan-rekannya di Indonesia. Namun kesempatan belajar ke luar negeri bagaimanapun saat itu masih merupakan barang mewah, tiket pesawat mana ada tiket promo yang murah meriah seperti sekarang, pesawat terbangpun masih menyediakan tempat duduk bagi perokok di bagian belakang pesawat, disebut smoking area, he he he ... jadul banget ya merokok di pesawat terbang rute internasional pula. Nah dimana bijaksananya Manajer Teknik yang saya tulis ini, Ia selalu menyuruh teknisinya (untuk yang level manajer tidak ha haha)Â menambah masa tinggal di Jepang selama sekitar 2 - 5 hari setelah training selesai, diambil dari hak cutinya, plus biaya untuk jalan-jalan di Jepang tersebut ditanggung perusahaan. Pertimbangannya teknisi yang dikirim ke luar negeri belum tentu mendapat kesempatan kedua ikut training lagi, karena harus memberi kesempatan pada teknisi lainnya.
Manajer adalah orang yang memimpin pekerjaan sejumlah orang, seringkali tidak langsung bekerja secara teknis, namun ia bertanggungjawab atas keberhasilan pekerjaan orang-orang yang dipimpinnya. Keterampilan teknis dan keterampilan memimpin adalah dua syarat penting menjadi manajer.
Berbuat bijaksana, mampu membaca isi hati bawahan sangat penting. Tahun 1980-an siapa sih karyawan yang akan menolak disuruh training ke luar negeri atau mewakili perusahaan rapat di luar negeri? Apalagi boleh menambah waktu sekitar 5 hari dibiayai kantor. He he he para karyawan tahun 2000an tertarik tidak ya jika diberi tugas ke luar negeri oleh kantornya?