Mohon tunggu...
Hendi Setiawan
Hendi Setiawan Mohon Tunggu... Kompasianer

Senior citizen. Pengalaman kerja di bidang transmigrasi, HPH, modal ventura, logistik, sistem manajemen kualitas, TQC, AMS, sistem manajemen lingkungan dan K3, general affair, procurement, security. Beruntung pernah mengunjungi sebagian besar provinsi di Indonesia dan beberapa negara asing. Gemar membaca dan menulis. Menyukai sepakbola dan bulutangkis. Masih menjalin silaturahmi dengan teman2 sekolah masa SD sampai Perguruan Tinggi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Bagaimana Menjadi Penulis Opini, Kuliah Kilat Budiarto Shambazy

23 November 2014   19:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:03 860
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_377578" align="aligncenter" width="600" caption="Kompasiana Blogshop "][/caption]

Setiap Orang Bisa Jadi Penulis Opini

Budiarto Shambazy di Kompasianival 2014, 22 November 2014, selama sekitar satu jam mengisi acara blogshop 'menjadi penulis opini'. Budi Shambazy telah 33 tahun berkarir sebagai wartawan, ia mengaku bukan jurnalis atau mungkin maksudnya tidak berpendidikan jurnalistik tapi jadi jurnalis yang generalis, bisa meliput apa saja, bisa menulis topik apa saja, mulai dari lima Piala Dunia Sepakbola yang ia liput sampai meliput pemilihan Presiden Amerika Serikat. Budi Shambazy lulusan jurusan Ilmu Politik FISIP Universitas Indonesia dan melanjutkan kuliah di University of Hawaii jurusan Political Science. Selain berkarir sebagai wartawan, Budiarto Shambazy mengajar Ilmu Politik di almamater pertamanya.

Penulis opini dianggap keahlian khusus yang memerlukan bakat, pengalaman empiris dan pengetahuan mendalam. Benarkah?

Tak ada bau-bau pendidikan jurnalistik bukan berarti tidak bisa menulis. Menurut Budi Shambazy, siapapun bisa menjadi penulis opini.  Seorang penulis opini sebaiknya mempunyai pengalaman memadai  sebagai reporter yang obyektif dan adil, juga mempunyai curiosity, keinginan ingin tahu. Budi Shambazy cerita pada kelas calon wartawan baru di Kompas asal usul calon wartawan beragam, ia sebut ada ahli sapi segala, maksudnya Sarjana Peternakan.

[caption id="attachment_377502" align="aligncenter" width="406" caption="Budiarto Shambazy, wartawan senior Kompas in action pada blogshop Kompasianival 2014 (Dok. Pribadi)"]

1416718775588913380
1416718775588913380
[/caption]

Untuk menjadi penulis yang baik, harus mempunyai kemampuan menulis dan berbahasa secara baik. Waktu menulis ingat 5W1H. Pelajari struktur opini penulis terkenal yang anda sukai. Budi menyarankan untuk menulis ulang struktur opini penulis beken sebagai cara untuk belajar, tulis ulang dengan tulisan tangan bukan menggunakan komputer menurut pengalamannya membantu mempercepat pemahaman atas keahlian menulis opini.

Penulis kolom biasanya mereka yang memiliki kapasitas dan pengalaman pada topik penulisannya. Budi Shambazy menyarankan agar menjadi penulis generalis saja daripada penulis spesialis.  Menulis menurutnya juga tak lepas dari unsur craftmentship, kemahiran.

Penulis Opini Harus Obyektif, Siapkan Minimal Satu Solusi

Menulis opini langsung ke inti masalah, tidak terlalu panjang. Tulisan mengandung 500 kata sudah cukup banyak, bahkan dua -tiga screen yang mengandung 200 - 300 kata sudah cukup, bila terlalu panjang tidak dibaca pembaca. Siapkan minimal satu solusi ketika mengangkat sebuah isu, karena kritik tanpa memberi solusi tidak disukai pembaca.

Carilah topik yang menarik dan mengandung hal-hal baru untuk dikemukakan. Budi Shambazy memberi contoh hasil survey LSI terhadap kinerja Presiden Jokowi selama sebulan menghasilkan 41% responden puas dan 42% responden kecewa. Persentase ketidakpuasan sebesar 42% dapat diurai dan dipilih untuk dijadikan tema tulisan.

Sebuah tulisan opini harus obyektif, jangan berpihak pada waktu menulis, sekali berpihak 'habis'. Soal keberpihakan menarik perhatian peserta blogshop, banyak yang berpendapat media di Indonesia jelas sekali memperlihatkan keberpihakannya pada pilpres 2014. Menurut Budi Shambazy, media diperbolehkan memihak pada penulisan editorial. Satu pernyataan Budi Shambazy yang masih meninggalkan pertanyaan bagi saya adalah "Media seperti Radio, Televisi yang menguasai public space seperti frekuensi, tidak boleh berpihak". Beda dengan koran misalnya yang jika dianggap berpihak, publik punya pilihan membeli koran tersebut atau tidak. Sayang waktu terlalu singkat tak sempat mengklarifikasi pernyataan keberpihakan ini.

Sebuah tulisan yang kuat harus "showing" bukan "telling". Misalnya sebuah pernyataan showing "Presiden dan Istri pergi ke Singapura naik pesawat komersial Garuda kelas ekonomi". Sebuah pernyataan telling misalnya "Presiden adalah seorang yang sangat sederhana". Lebih lanjut ditambahkan sebuah tulisan harus disajikan open ended, memberi ruang bagi pembaca untuk berpendapat.

Peserta blogshop juga menduga harian Kompas kolom opininya sulit ditembus penulis yang bukan profesor doktor dari perguruan tinggi terkenal. Budi tidak menolak, hanya memberi gambaran bahwa Kompas memang mengundang penulis tamu, yang pasti akan mengurangi peluang penulis lain untuk menerobos persaingan yang sudah sangat ketat agar tulisannya dimuat Kompas. Bayangkan sehari masuk 200-an naskah tulisan opini, sedangkan yang dimuat hanya tiga atau empat tulisan saja.

Hal penting lainnya yang harus diperhatikan penulis opini -yang naskahnya ditolak redaksi-, biasanya tulisan tidak menawarkan hal baru dan tulisan bertele-tele.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun