Penyitaan buku, dalam bentuk apa pun, adalah tanda bahwa bangsa ini sedang kehilangan arah dalam mengelola pengetahuan. Gejala "pembusukan intelektual", proses di mana rasa ingin tahu digantikan oleh rasa takut, dan diskusi digantikan oleh doktrin.
Saat buku dianggap berbahaya, maka sebenarnya yang sedang terancam bukan negara, melainkan akal sehat warganya.
Demokrasi sejati tumbuh dari keberanian bertanya, bukan dari keseragaman berpikir. Membaca buku-buku yang berbeda pandangan seharusnya menjadi latihan empati, bukan alasan untuk dicurigai.
Tapi selama buku masih bisa disita dengan alasan "kebetulan", maka yang sedang dibungkam bukan hanya halaman, melainkan masa depan.
Dan jika peristiwa ini terus berulang, maka benar adanya: yang dulu adalah tragedi, kini terulang lagi hanyalah lelucon---lelucon pahit dari bangsa yang belum belajar menghargai kebebasan berpikir.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI