Kartini adalah contoh nyata bagaimana literatur dapat menjadi kekuatan yang mengubah pola pikir dan bertindak, dan tulisan-tulisannya menjadi inpirasi untuk berpikir kritis tentang pembebasan sosial.
Namun, untuk mengimplemantasikan gagasan dan pemikiran Kartini secara nyata, perlu adanya upaya yang lebih besar dalam mendukung pendidikan yang inklusif dan demokratif dengan menyediakan akses yang lebih luas terhadap literatur-literatur yang memperjuangkan pembebasan sosial.
Buku-buku seperti "Panggil Aku Kartini Saja" karya Pramoedya Ananta Toer, yang masih dianggap kontroversial oleh negara dan kurang diminati, seharusnya mendapat perhatian lebih dari institusi pendidikan.
Dengan memperluas cakupan literatur tentang Kartini dan pemikiran emansipasinya dan membangun minat  pada pemikiran Karti yang kaya daya dan mencerahkan, lembaga pendidikan dapat memainkan peran penting dalam membentuk sikap kritis dan membangun kesadaran terhadap pembebasan sosial, kesetaraan, ketimpangan sosial dan kebebasan untuk menentukan nasip sendiri di kalangan generasi muda.