Mohon tunggu...
helmi raisialangi
helmi raisialangi Mohon Tunggu... -

bekerja di institusi kesehatan pemerintah di palu

Selanjutnya

Tutup

Healthy

SDM KESEHATAN : SEBUAH REFLEKSI !

3 Januari 2015   04:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:55 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Alangkah mudahnya untuk tidak peduli. Anda hanya perlu menutup mata dan telinga. Bahkan kalau anda ingin lebih tidak peduli maka cobalah berpura-pura bahwa anda kehilangan hati dan perasaan anda. Tidak perlu memeras tenaga dan tidak membutuhkan biaya. Pengorbanannya  nihil. Kemudian kenyangkanlah perut sekenyang-kenyangnya dan carilah sebanyak mungkin uang untuk masa depan keluarga. Hiduplah secara normal. Anda tidak akan dimusuhi siapa-siapa dan tidak akan dihujat oleh orang banyak. Karena anda tidak melanggar aturan apapun yang dibuat oleh negara. Bukankah amatlah aneh kalau negara harus melarang warga negaranya untuk makan kenyang dan mencari uang sebanyak-banyaknya. Dan sampai saat ini belum ada negara yang memberlakukan aturan tersebut.

Pecahkan masalah anda sendiri dan tidak perlu ribut-ribut dengam masalah orang lain. Memangnya anda ini tuhan. Masalah anda adalah masalah anda sendiri dan masalah orang lain biarkan tuhan yang bekerja untuk hamba-NYA. Lagipula saat ini tuhan juga tidak sendiri. Ada banyak tuhan selain tuhan yang selama ini anda yakini. Jabatan dan pangkat mendapat promosi menjadi tuhan. Kekayaan lebih-lebih lagi. Kekayaan dan jabatan adalah bentuk sesembahan baru yang lagi ngetren di zaman sekarang. Tuhan yang anda yakini selama ini kalah populer dibanding dua tuhan tadi. Untuk itu pedulilah pada diri anda sendiri. Sudilah kiranya untuk tetap memelihara keakuan masing-masing.

Tetapi dunia yang kita tinggali ini adalah sebuah anomali atau mungkin paradoks yang terjadi alamiah. Misalnya ditengah-tengah ketidakpedulian muncul keberpihakan. Dalam hiruk pikuk kekerasan timbul kelembutan dan kasih sayang. Seperti yang dicontohkan dokter Lie A Dharmawan kepada kita. Alih-alih merasa nyaman dengan rutinitasnya sebagai dokter ahli bedah di sebuah rumah sakit swasta di padang, ia malah berontak dengan menjual rumah miliknya dan membeli sebuah kapal pinisi dan menyulapnya sebagai rumah sakit terapung. Kapal itu lalu ia lengkapi dengan peralatan medis modern ini dan dipakai menjelajahi pulau-pulau terluar di indonesia dalam memberikan pelayanan kesehatan. Ketika ditanya mengapa ia melakukan itu,secara enteng ia mengatakan bahwa sejak kecil ibunya selalu mengajarkan kepadanya untuk selalu berusaha memberikan kepedulian terhadap sesama. Anomali yang lain juga terjadi disebuah desa di malang. Seorang dokter muda bernama Gamal albinsaid diganjar penghargaan dari pemerintah kerajaan inggris karena kontribusi yang mungkin bagi banyak orang dianggap sepele:sampah. ia memang dijuluki dokter sampah, karena jasa yang diberikan kepada pasiennya dibayar dengan sampah. Banyak pasien-pasien miskin yang merasa tertolong dengan “keanehan” cara pembayaran layanan jasa yang diberikan sang dokter. Tentu saja ini terasa mudah karena sampah sangat melimpah di negeri kita tercinta ini. Dengan mengelola sampah dari pasiennya ini pula Gamal albinsaid berhasil membangun tiga buah klinik kesehatan untuk orang-orang miskin. Wow, ditengah permasalahan sdm kesehatan yang masih carut marut di negara kita, apa yang telah dilakukankedua dokter “gila” ini dapat disebut sebagai prakarsa solusi permasalahan kesehatan yang kreatif.

Selama ini masalah sdm kesehatan tidak pernah jauh-jauh dari permasalahan ketersediaan, kompetensi dan maldistribusi. Sebenarnya untuk persoalan ketersediaan sdm, Indonesia tidaklah buruk-buruk amat. Pada tahun 2013 rasio tenaga kesehatan seperti dokter, bidan dan perawat telah mencapai 2,25 orang perseribu penduduk. Angka tersebut hampir mendekati ambang batas WHO (minimal) 2,3 orang perseribu penduduk. Itu artinya akses masyarakat terhadap pelayanan oleh tenaga kesehatan semakin membaik. Hanya saja ketersediaan sdm tadi tidak diikuti dengan kompetensi dan sistem distribusi yang merata di daerah. Kesenjangan antara barat dan timur tetap saja besar.

Beberapa masalah yang berhubungan dengan kompetensi antara lain karena minimnya tingkat pengetahuan serta kesempatan untuk meraih kompetensi yang tidak merata yang diakibatkan karena kuatnya sistem nepotisme. Dampaknya tentu saja pelayanan yang diberikan kepada pasien jadi tidak memuaskan. Untuk itu dibutuhkan perencanaan yang matang dari pemerintah sebagai pemangku kepentingan. Perencanaan itu harus jelas dalam hal jumlah sdm yang dibutuhkan, bagaimana mendapatkannya, serta bagaimana cara mempertahankannya. Untuk perencanaan kompetensi maka yang perlu dilakukan adalah memperbaiki proses seleksi calon tenaga kesehatan yang bebas dari kkn serta peningkatan akreditasi pendidikan kesehatan. Juga yang tidak kalah penting adalah jenjang karir dan kompensasi yang menarik. Pada akhirnya tantangan bidang sdm kesehatan di indonesia hanya dapat diatasi dengan cara-cara yang “extraordinary” dan bukandengan cara-cara lazim yang sekedar menampilkan data-data statistik belaka. Hanya dengan cara itulah maka akan lahir sdm kesehatan yang mampu melakukan perubahan besar di komunitasnya masing-masing.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun