Mohon tunggu...
Mohammad Helman Taofani
Mohammad Helman Taofani Mohon Tunggu... karyawan swasta -

1982 born, happily married... A devout Pearl Jam fans, love to read, listening to music and watching movies. Write occasionally through my online journal. An avid fan of Italian Football. Going to travel sometime. Willing to travel all around the world. Would like to see the world before I die. Considering to live in another country. Obsessed to master at least five different (international) languange. A proud father of Aksara Asa-Madani.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Jalan Raya ke Utara - Travelog Sydney (9)

30 Maret 2010   02:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:06 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Catatan perjalanan hari kedua akan dimulai dari notes kesembilan! Saya sendiri tidak tahu kapan notes ini akan berakhir, karena tentu saja masih ada dua hari lagi untuk diabadikan dalam travelog ini.

Alasan yang kuat bagi saya dan Gina untuk menghentikan aktivitas belanja pada hari pertama, Kamis (4/3) adalah karena di hari kedua ini tercatat di jadwal bahwa kami harus sudah siap jam 8 pagi untuk menempuh perjalanan ke utara sejauh 160 kilometer (kurang lebih). Tepatnya ke daerah Port Stephens, sebuah ceruk (dengan kondisi geografis seperti Sydney) yang berbatasan dengan samudera pasifik, dan merupakan lokasi beberapa objek wisata marina. Di itinerari, sebetulnya tertulis tiga buah destinasi, dua di antaranya wisata berbasis kelautan, berupa melihat lumba-lumba dari kapal dan berseluncur pasir (pantai tentunya). Satu lagi adalah wine tasting di Hunter Valley, lokasi yang cukup bercabang dari Port Stephens. Jadi, tidak mengherankan saya bila kemudian itinerari yang nyeleneh dari jalur dicoret untuk efisiensi perjalanan. Jadilah tur hari kedua ini murni wisata marina!

Port Stephens ini dulunya merupakan pantai yang diincar oleh tentara Jepang untuk mendaratkan pasukannya. Dengan menguasai Port Stephens, maka tentara musuh bisa segera bergerak merebut dua kota vital, Brisbane di utara, dan Sydney di selatan. Letaknya memang di antara dua kota besar Australia tersebut, yang dihubungkan dengan jalan raya nomer wahid mereka, Pacific Highway (memang bernomer kode: 1). Pacific Highway adalah jalan raya besar (dengan bagian besarnya berupa "freeway" alias jalan tol) yang menjadi jejalur utama bagi lintas timur benua Australia. Menghampar dari Sydney (dan dikembangkan jauh sampai selatan) sampai ke Brisbane dengan melewati beberapa taman nasional, danau, dan pinggir samudra, melewati jalan ini bagi saya sudah menjadi wisata sendiri. Dari Sydney ke Port Stephens, setidaknya, kita juga akan disuguhi dengan pemandangan sungai Hawkesburry yang sangat luas, taman nasional Ku-Ring-Gai dan juga bebatuan cadas yang merupakan identitas geologis Australia. Cadas ini tidak diratakan, malah digunakan sebagai pembatas jalan dua arah. Bagi saya itu adalah karya skulptur jalan raya yang brilian!

Anyway, jalan tol di sini gratis, tidak perlu bayar. Jadi tidak ada gerbang tol dan sebagainya. Namun jangan harapkan Anda bisa ugal-ugalan di sini, karena banyaknya speed camera yang siap menangkap oknum penjahat jalanan dan pelanggar speed limit. Bagi yang nekad, siap-siaplah kehilangan SIM dan juga mesti membayar denda dengan jumlah besar. Adanya speedcam ini efektif untuk "menghilangkan" presensi dari polisi-polisi lalu lintas, bahkan di kota Sydney sendiri. Saya pikir, saya malah belum pernah melihat seragam polantas selama di Sydney, karena praktis semua masih bisa diatur dengan sistem yang mereka jalankan.

Meski tak berbayar, akses yang kami lalui di Pacific Highway ini memang layaknya jalan tol. Bebas hambatan, namun juga masih dalam koridor nyaman karena sopir tidak menjadi ugal-ugalan. Masih ada area-area untuk berhenti darurat lengkap dengan fasilitas komunikasi. Rest Area resmi tidak banyak, hanya di jarak-jarak tertentu, namun selalu ramai. Korelatif dengan peraturan yang menyatakan bahwa pengemudi kendaraan jarak jauh (termasuk bis yang kami tumpangi) wajib berhenti setiap jarak 80 kilometer. Ini artinya juga berlaku untuk bis yang kami tumpangi, ketika berhenti di rest area di daerah bernama Wyong. Memberi waktu bagi penumpang untuk buang hajat, sementara sopir bersantai sejenak, mungkin sambil minum kopi, supaya tetap segar. Ini sangat efektif menekan potensi kecelakaan yang melibatkan konsentrasi pengemudi.

Wah, saya membayangkan hal ini jadi regulasi di negara kita, tentu akan jarang kecelakaan yang merenggut banyak nyawa akibat konsentrasi pengemudi menurun...

Setelah dua jam perjalanan, kami meninggalkan Pacific Highway menuju Nelson Bay Road yang mengantar ke Port Stephens. Bila di Pacific Highway kami melihat alam Australia, maka di jalan menuju Port Stephens ini pemandangan berganti dengan kehidupan ranch di Australia. Kami melewati ladang dan lahan pertanian yang luas nan hijau, dengan kuda dan binatang-binatang ternak lain berkeliaran bebas. Sekitar 15 menit perjalanan, rambu-rambu petunjuk wisata marina mulai muncul, tanda kami sudah dekat dengan perairan. Ada jalur menuju Nelson Bay, Salamander Bay dan Anna Bay. Tujuan kami adalah ke Anna Bay, pantai yang berada di wilayah selatan dari kawasan marina Port Stephens. Makin mendekat ke laut, lahan peternakan makin menyempit, berubah ke permukiman permanen dan area karavan. Daerah-daerah hijau mulai bertransformasi dengan munculnya pasir-pasir pantai berwarna krem, sebelum Samudra Pasifik benar-benar terlihat memancarkan birunya.

Inilah Pantai Birubi, fragmen dari Anna Bay, bab pertama dari wisata marina di Port Stephens.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun