Mohon tunggu...
Kak fika (HELLOFIKA)
Kak fika (HELLOFIKA) Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu rumah tangga yang senang menulis, masak, makan dan jalan jalan

Lahir di Palembang, lalu menikah dan tinggal di Kota Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Wisata Sejarah di Palembang, "Payo Kito Bejalan Be"

9 Januari 2018   23:18 Diperbarui: 10 Januari 2018   00:07 864
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri : di Pinggir Sungai Musi

Museum Sultan Mahmud Badarudin II

Letaknya di dekat Benteng Kuto Besak, bentuknya menyerupai rumah adat Palembang, yakni Rumah Limas.  Dengan warna merah sebagai dominan warna catnya. Bangunan museum ini berbarengan dibangun dengan masa dibangunnya Masjid Agung Palembang. Yakni pada pemerintahan Sultan Mahmud Badarudin I. 

Museum ini banyak menampilkan koleksi arkeologi, etnografi, seni dan informasi mengenai kota Palembang di masa lampau. Di Museum ini juga aku mengetahui sejarah gelar Nyimas yang aku dapat dari turunan leluhurku. Tidak jauh dari Museum SMB ini terdapat Jembatan Ampera, namun kita harus sedikit menaiki tangga bila ingin berfoto di dekat tulisan Ampera

Jembatan Ampera

Dokpri : Jembatan Ampera
Dokpri : Jembatan Ampera
Jembatan ini menjadi jembatan kebanggaan Rakyat Palembang.  Apalagi dulu saat kedua bagian jembatannya masih bisa diangkat saat ada kapal laut yang akan lewat.  Jembatan ini membagi kedua bagian Kota Palembang menjadi bagian ilir dan ulu.  Kebetulan orang tuaku tinggal di daerah ilir.  Jembatan ini memang dibuat untuk menghubungkan kedua masyarakat yang tinggal di kedua bagian.  Atas kompensasi dari Pemerintah Jepang yang membiayai pembangunan Jembatan yang memakan waktu pembuatan selama 3 tahun. 

Sebelum menjadi Jembatan Ampera (Amanat Penderitaan Rakyat), sebenarnya jembatan ini dulunya sempat dinamai dengan jembatan Bung Karno.  Sebagai warga Palembang, Aku belum pernah berfoto di depan jembatan ini.  Namun sekarang, bila saat malam tiba.  Jembatan Ampera dan sepanjang sungai musi, tanpak cantik dihiasi lampu kecil warna warni.  Kalau kalian ke Palembang, jangan lupa mengunjungi Ampera saat malam hari untuk mendapatkan spot foto yang cantik.  Baiklah rute kita selanjutnya adalah pasar I6.

Pasar 16

Pasar ini merupakan pasar tradisional terbesar  dan tertua di Palembang.  Bahkan sudah menjadi pusat perdagangan masyarakat di sepanjang sungai musi jauh sebelum zaman kemerdekaan.  Di pasar ini semuanya serba ada. Baik bahan pangan, pakaian, semua ada di pasar ini. Salah satu spot yang terkenal dari pasar I6 ini adalah lorong basah.  Karena terkenal murah dan banyak pilihannya.  Namun bila kita kebetulan berbelanja di lorong basah harus berhati hati menjaga barang barang pribadi. Karena bukan sulap bukan sihir, Barang kita dapat berpindah tangan.

Monumen Pancasila

Dokpri Monpera
Dokpri Monpera
Dari pasar 16 kita menyebrang ke arah masjid Agung, namun sebelum itu mari kita hampiri dahulu Monpera.  Sesuai dengan namanya Monpera adalah monumen perjuangan rakyat.  Monumen ini didirikan untuk mengenang pertempuran lima hari lima malam di Palembang pada tahun 1947.  Dahulu sebelum dunia digital.  Namun yang paling aku ingat dari monpera ini adalah, dahulu menjadi tempat mangkalnya tukang foto dan tukang sol sepatu. Dan bila Ramadhan tiba, akan disulap menjadi pasar bedug.

Masjid Agung Palembang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun