Mohon tunggu...
Hellobondy
Hellobondy Mohon Tunggu... Pengacara - Lawyer, Blogger, and Announcer

A perpetual learner from other perspectives. Find me on IG : nindy.hellobondy Blog : Hellobondy.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Iklan Satu Menit, Ambyar Bertahun-tahun

6 Mei 2020   23:30 Diperbarui: 6 Mei 2020   23:37 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Perjalanan ini terasa sangat menyedihkan, sayang engkau tak duduk di sampingku kawan", Lagu ciptaan Ebiet G Ade menjadi sebuah lagu pengiring iklan khas ramadahan yang biasanya diputar sebelum azan magrib. 

Lagu ini sempat hits tahun 2000an mengiringi perjalanan anak muda dengan sepeda motornya. Sepanjang perjalanan ia harus bertemu pengendara lain menggunakan mobil yang menguji kesabaranya. 

Mulai dari kecipratan air genangan, kurma yang diambil, namun di akhir ia berhasil menang dan memberikan sejadah kepada pemudik yang ia temui sebelumnya. 

Tidak hanya itu, iklan-iklan khas ramadhan ini sangat khas dengan pesan moral yang cukup beragam, hati siapapun pasti akan tersentuh ketika sudah berkaitan dengan orang tua dan kampung  halaman.

 Seperti iklan-iklan ramdhan yang menghiasi layar kaca. Tidak hanya menjual dengan konsep menyentuh hati, iklan ramdhan versi Ramayana juga sukses membuat kita senyum-senyum sendiri dan menjadi viral, lagu nya pun terngiangan-ngiang bahkan ketika santai. 

"Astagfirulaah....astaghfirullahaladzima  staghfirullahaladzim, kerja lembur bagai kuda sampai lupa orang tua oh hati terasa durhaka" Ibu-ibu khosidah ini sukses mencuri perhatian kita semua belum lagi ada yang muncul dari magic com. Unik dan kreatif. 

Dari sekain banyak iklan itu, ada satu iklan yang membuat hatiku terenyuh.  Masih ingatkah iklan di tahun 2014 karya dari Djarum? Seorang ayah yang menunggu anaknya pulang dari bekerja.

Anak perempuanya baru saja pulang dari kerja, seperti banyaknya pegawai ibu kota pulang kerja mampir dulu ke kedai kopi untuk bersenda gurau, ataupun melepas lelah. 

Hari itu, anak tersebut setuju berangkat bersama teman-temanya. Ia melihat ayahnya menunggu di depan, dan salah seorang temanya berkata "Tuh, Ojek langganan udah nunggu...". Perasaanya pun tergambar tidak nyaman di iklan tersebut.

tangkapanlayar
tangkapanlayar

Di scene selanjutnya terlihat mereka tertawa bersama, namun saat itu di luar suasana sedang hujan. Ia melihat orang sedang berteduh. Kemudian tergambar wajah khawatirnya. Setelah itu ia pulang bersama teman-temanya menggunakan mobil. Tetapi sebelum scene mereka berangkat ia nampak menyembunyikan wajahnya dari ayahnya.

tangkapanlayar
tangkapanlayar

Mungkin ada perasaan malu, iya terkadang kita pun malu mengakui orang tua kita karena tampilan yang lusuh, tidak berpendidikan, bukan seperti orang tua yang dimiliki orang-orang yang cukup "beruntung". Aku pun jadi mengingat sosok ayah yang seringkali mengantar jemputku sekolah hingga kuliah. Sama, aku dulu juga malu rasanya melihat teman-teman diantar dengan mobil, kadang aku minta untuk tidak stop di depan paagar. karena aku merasa papa ku orang yang galak. 

tangkapanlayar
tangkapanlayar

Ketika pulang, ia masih melihat ayahnya menunggu di pos saat hujan deras. Ia pun segera meminta temanya untuk berhenti dan berkata "Aku stop dsi sini saja, 

Ayah sudah jemput". Kedua temanya saling menatap dan berkata "Ayah..". Scene ini pun sangat berkesan ketika sang anak teringat perjuangan ayahnya dari dulu yang mengantar dan menjemputnya di kampus.

Tangkapanlayar
Tangkapanlayar
Iklan ini sangat menyentuh sekali, tentang hubungan anak perempuan dan ayahnya. Karena selama ini, di masyarakat kita Ibu berperan penting dan memiliki emosional yang erat dengan anak perempuanya. 

Namun di iklan yang berdurasi semenit ini sukses membuat ambyar ingatan-ingatan masa lalu bersama sesosok ayah. Tidak dengan kenangan yang wow nan spektakuler, ternyata hal-hal kecil seperti ini pun ternyata menjadi sangat berharga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun