Mohon tunggu...
Helen Adelina
Helen Adelina Mohon Tunggu... Insinyur - Passionate Learner

Try not to become a man of success, but rather try to become a man of value - Einstein

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Standar Kecantikan yang Tak Ramah Perempuan

24 April 2021   14:19 Diperbarui: 26 April 2021   13:00 1178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk mengikuti standar kecantikan ini, banyak perempuan berusaha mengubah penampilan mereka. Tidak jarang bahkan melakukan jalan pintas yang berbahaya bagi tubuhnya, bahkan bagi nyawanya. Dari pengamatan saya terhadap lingkungan sekitar, ada dua kriteria utama yang sangat membebani perempuan Indonesia: terlihat langsing dan berkulit putih.

Menjadi langsing adalah dambaan banyak perempuan. Banyak perempuan yang terinspirasi memiliki bertubuh langsing tanpa lemak, bak para model Victoria Secret. Banyak cara yang dilakukan, mulai dari berolahraga secara rutin di gym, diet sehat sampai diet ekstrim, hingga by-pass lambung. Olahraga secara rutin memang bermanfaat bagi tubuh. 

Namun jika dilakukan berlebihan, yang ada malah berbahaya bagi tubuh. Banyak perempuan yang melakukan diet tanpa melakukan konsultasi dengan dokter terlebih dahulu. 

Dari minum ramuan pelangsing ataupun obat pelangsing yang berbahaya bagi tubuh.  Ada juga yang melakukan diet ekstrim yang menyebabkan kurangnya asupan nutrisi bagi tubuh. Dulu salah satu satu sepupu saya meminum obat pelangsing dan akhirnya harus dirawat di rumah. Teman saya ada juga yang melakukan diet ketat hingga tampak lesu dan pucat, dan akhirnya berakhir di rumah sakit juga.

Penderita anoreksia berusaha keras membatasi porsi makan seminimal mungkin atau menggunakan obat-obatan seperti pencahar dan penekan nafsu makan. Walapun badan terlihat kurus, penderita anoreksia takut berat badan mereka bertambah. Dikutip dari Alodoc, gejala anoreksia antara lain:

  • berat badan jauh di bawah normal
  • tulang keropos atau dikenal dengan osteoporosis dan otot mengecil
  • rambut dan kukuh rapuh
  • tekanan darah rendah dan anemia
  • letih dan lesuh setiap saat
  • kulit kering dan tampak kekuningan
  • menstruasi terhenti
  • kegagalan fungsi berbagai organ tubuh.

Pada bullimia nervosa, penderita mengkonsumsi makanan dalam jumlah berlebihan yang diikuti rasa bersalah, lalu makanan dikeluarkan dari perut, baik dengan cara dimuntahkan ataupun dengan menggunakan obat pencahar agar dapat buang air besar. Gejala-gejala bulimia antara lain:

  • kerongkongan mengalami radang dan nyeri karena sering terpapar asam lambung saat muntah
  • pembengkakan kelenjar air liur di sekitar rahang dan leher
  • Gigi rusak karena sering terpapar asam lambung
  • Dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit akibat sering muntah dan buang air besar

Operasi by-pass lambung menjadi salah satu metode popular untuk menurunkan berat badan. Mungkin kita pernah membaca di media bahwa salah satu presenter yang sering wara-wiri di stasiun televisi melakukan by-pass lambung untuk menurunkan berat badannya. Namun bypass lambung memiliki efek samping. 

Penelitian terhadap terhadap 120 pasien menunjukkan bahwa bypass lambung dapat menyebabkan patah tulang yang serius akibat kurangnya zat besi, kalsium dan vitamin D. Dengan mengecilkan lambung dan usus kecil, maka penyerapan beberapa nutrisi menjadi tidak maksimal.

Masalah berat badan ini juga melanda perempuan hamil atau perempuan yang baru saja melahirkan. Ada ibu hamil yang berkeinginan kuat untuk mengendalikan berat badannya karena takut akan kelebihan berat badan. 

Padahal janin membutuhkan nutrisi yang cukup untuk bertumbuh dan berkembang secara sehat. Jika janin kekurangan nutrisi, akan berbahaya bagi janin yang dikandung bahkan dapat menimbulkan kecacatan. 

Mengendalikan berat badan saat hamil secera berlebihan juga berbahaya bagi si ibu hamil seperti rentan anemia, daya tahan tubuh melemah, risiko pendarahan, hingga risiko terjadi depresi postpartum di kemudian hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun