Mohon tunggu...
Helen Adelina
Helen Adelina Mohon Tunggu... Insinyur - Passionate Learner

Try not to become a man of success, but rather try to become a man of value - Einstein

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Opini Seorang Silent Reader tentang Para Kompasianer

3 April 2021   15:49 Diperbarui: 3 April 2021   16:03 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Nah, kalau berbicara tentang bapak S. Aji, si penggemar Vonny Cornnellya dan sekarang sudah berganti ke Raisa kalau tidak salah, saya sangat menantikan ulasan beliau tentang film-film yang beliau tonton. Jangan lupa sarungan kalau kata Prof. Pev. Entah kenapa urusan film yang biasanya hanya sekedar hiburan receh, ditangan beliau menjadi tidak receh. 

Film yang bercerita tentang sang jagoan lengkap dengan adegan tembak-menembaknya, biasanya membuat kita berdecak kagum dengan si tokoh utama. Namun, ditangan S. Aji, ini menjadi ajang menyoroti ideologi dan premis kehidupan yang usang dan kehilangan sisi kemanusiaannya.

Satu hal lagi, banyak film yang beliau soroti bukan film buatan Hollywood, yang mungkin agak susah bagi sebagian orang untuk mengaksesnya. 

Tulisan-tulisan beliau yang memberikan wawasan tentang perfilm selain Hollywood ini,  yang menjadi keunikan S. Aji. Puisi-puisi beliau juga saya tunggu-tunggu. Beliau masih aktif menulis walaupun tidak sesering dulu.

Yang dari tadi sudah disebut-sebut di bagian atas artikel ini, Bapak Khrisna Pabichara, juga salah satu kompasioner yang menarik perhatian saya. Berhubung beliau sangat peduli tentang pemakaian kata dan bahasa di tengah-tengah kondisi saat ini yang serba keminggris, saya sebenarnya deg-degan menulis tentang beliau. 

Tidak heran kalau Engkong Felix menjuluki beliau “nabi munsyi”. Saya benar-benar memastikan bahwa saya sudah menulis nama beliau dengan benar. Berulang kali saya mengecek apakah tulisan saya sudah sesuai dengan kaidah EYD. Waduh, ini jadi menulis artikel Kompasiana rasa skripsi. He he he. Peace ya, Pak. 

Selain menyoroti penggunaan kata dan bahasa, tulisan Pak Khrishna juga cukup beragam, dari isu yang viral, politik, musik, media, edukasi, dan humor. 

Berhubung saya khawatir tulisan saya bisa-bisa membuat Pak Khrishna naik darah karena tidak sesuai dengan kaidah penulisan, saya cukupkan opini saya tentang beliau sampai di sini.

Pasangan kompasioner lain yang membawa saya ke bangku kuliah di universitas kehidupan adalah Pak Tjiptadinata Effendi dan Ibu Roselina Effendi. 

Pak Tjip, begitu panggilan kompasioner kepada beliau. Kisah perjalanan hidup beliau yang beliau bagikan dalam tulisan, seringkali seperti menjadi pengingat diri di tengah sibuknya menghadapi arus gelombang kehidupan. 

Saya banyak belajar dari beliau tentang kebaikan, pengampunan, dan kesederhanaan. Bahwa perjalanan hidup penuh liku-liku adalah sebuah realita, yang paling penting adalah bagaimana kita menyikapinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun