Mohon tunggu...
Irfan Rosyidin
Irfan Rosyidin Mohon Tunggu... Guru - Mencoba menjadi Oemar Bakrie di Era Modern

Menjadi guru berarti kita menjadi petunjuk arah. Karena dari kitalah anak didik kita akan menentukan arah mana yg akan mereka pilih.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Ada Rasa 17-an di 23

23 Agustus 2017   18:01 Diperbarui: 23 Agustus 2017   18:04 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

"Merdeka ... Merdeka ... Merdeka... Allahu Akbar!!!"

Seruan pertama yang terucap pagi itu membuka semangat seluruh warga SD Al Azhar Syifa Budi Parahyangan. Ya benar. Bagi sebagian orang mungkin terlambat. tapi bagi kami semangat perjuangan 17 Agustus tidak akan terbatas oleh waktu. bukan semata merayakan kemerdekaan, karena bagi kami kemerdekaan adalah bukan hal yang harus dirayakan, tetapi lebih jauh dari itu, mensyukuri, mempertahankan, dan selalu ingin berbuat yang terbaik untuk negeri ini.

Perjuangan kami di medan perang perlombaan ini dihiasi berbagai macam peperangan (baca:lomba). Mulai dari balap karung sampai estafet air. Kami pun memodifikasi setiap perlombaan agar bisa dilaksanakan bersama. Kami ingin setiap siswa mampu bekerja sama dalam memperebutkan kemerdekaan bagi tiap timnya. Kami bagi setiap jenjang kelas menjadi tiga kelompok. Mulai dari kelas 1-3, dan kelas 4-6. Mereka disatukan dalam tiga kelompok warna. Merah, Hijau, dan Biru.

Ada delapan perlombaan yang kami hadirkan di medan peperangan tahun ini. Setiap tim yang menang akan mendapatkan tiga poin, urutan kedua dua poin, dan terakhir satu poin.

Kegiatan diawali oleh senam pagi bersama dipimpin oleh guru olahraga kami, Bunda Milka dan Yanda Afdol. Semua siswa begitu bersemangat mengikuti kegiatan senam ini. Mereka bertepuk tangan bersama, berteriak bersama, dan mereka tertawa bersama. Kami bangga dengan anak-anak kami. Mereka begitu bersemangat dan tak kenal lelah. Walau mentari saat itu sudah mulai menghangat. Tak terasa keringat mulai menghiasi sekujur tubuh kami.

Setelah selesai senam, kami melanjutkan pertarungan sesungguhnya di medan perlombaan. Diawali yel-yel tiap kelompok. Mereka bersama menyerukan nyanyian penyemangat. Kekompakkan begitu terlihat. Tidak lupa mereka tebar senyuman disetiap sela kegiatan mereka. Begitu membanggakan, mengharukan, dan membuat keyakinan semakin melambung tinggi bahwa merekalah yang nanti akan membangun bangsa ini menjadi bangsa yang lebih baik lagi. "Halo-halo biru. Biru pasti nomor satu. Halo-halo biru. Biru pasti nomor satu. Sudah lama biru. Tidak menjadi juara. Sekarang telah menjadi lautan BIRU. Mari bung rebut kembali.

Biru... juara.

Biru... juara.

Biru... juara."

Itulah salah satu yel penyemangat yang akhirnya terpilih menjadi yel terbaik pada pertempuran kali ini.

Setiap perlombaan dilahap dan diikuti oleh seluruh siswa dengan penuh semangat, persaingan sehat, dan canda tawa. Saat lomba karung estafet, kami dibuat tertawa dengan banyaknya siswa yang kesulitan berjalan menggunakan karung. Tapi kami juga dibuat bangga dengan kegigihan para siswa. Di kala mereka terjatuh, mereka selalu semangat untuk kembali bangkit dan melanjutkan permainan. Disusul setelah itu lomba makan kerupuk. Bagi kami, epndidikan agama adalah nomor satu. Salah satu cara kami menyiasati pendidikan agama adalah dengan cara melakukan perlombaan makan kerupuk dengan cara duduk di kursi. Tidak lagi hanya berdiri sambil makan kerupuk. Kami ingin selalu mengingatkan bahwa makan sambil berdiri adalah suatu hal yang dilarang agama. Dari pertempuran itu pun kami mendapat banyak hal. Dibuat tertawa dengan tingkah polah anak-anak kami. bagaimana mereka saling menyuapi. Saat yang satu begitu lahap, berpasangan dengan siswa lain dengan cara makan yang lebih sedikit. Kami pun dibuat bangga dengan perjuangan menghabiskan kerupuk, kesabaran peserta menunggu giliran karena temannya masih berusaha untuk menghabiskan keurpuknya, dan kebersamaan dalam memberikan semangat kepada temannya yang sedang berjuang. Setelah pertempuran dengan kerupuk para peserta dihadapkan pada perlombaan bakiak. 12 orang bersiap dalam setiap kelompok. Dibagi tiga kloter dengan setiap kloter empat orang. Kemeriahan kembali pecah. Dibuat tertawa dengan kelompok yang berusaha untuk menyamakan langkahnya dan dibuat bangga dengan kegigihan tiap tim. Setiap mereka terjatuh, mereka selalu bersemangat dan langsung berdiri mengejar ketertinggalan mereka. Sungguh perjuangan yang mengharukan.

Setelah lomba bakiak selesai, dilanjutkan dengan lomba membawa kelereng menggunakan sendok dan dibawa menggunakan mulut tiap peserta. Tawa kembali pecah saat perlombaan ini dimulai. Melihat ekspresi serius para peserta begitu membuat geli seluruh peserta yang lain. Begitu serius dengan wajah fokus yang semakin membuat geli kami yang ada di sana. Kegigihan mereka begitu luar biasa, ketika mereka harus mengulang kembali karena kelereng jatuh di tengah jalan. Tidak cukup di situ. perlombaan kembali dilanjutkan dengan lomba memasukkan pensil ke dalam botol. Begitu menggelikan ketika melihat usaha mereka memasukkan pensil ke dalam botol yang telah disediakan. Naik turun, naik turun, hingga berkali dicoba sampai akhirnya mereka berhasil memasukkan seluruh pensil ke dalam botol.

Di pertempuran sekarang pun kami memberikan pertempuran baru, yaitu lari sambil membawa balon diantara kedua kakinya. Tidak cukup hanya berlari, setelah para peserta sampai di titik yang ditentukan, mereka harus memecahkan balon mereka tanpa menggunakan tangan. Di sini juga kemeriahan pecah. Bagaimana setiap peserta berusaha memecahkan balon. Siswa berusaha menduduki, menindih, bahkan mencoba menginjak. Ada yang berhasil, tapi tidak sedikit yang kesulitan. Setiap peseta terjatuh, namun mereka masih bisa tertawa. Berkali dicoba hingga akhirnya berhasil. Luar biasa memang perjuangan mereka.

Perlombaan terakhir pun tiba. Estafet air. Dengan format berbeda kami berikan variasi pada pertempuran estafet kali ini. Tidak hanya memberikan, tapi peserta harus memberikan cengan cara melempar kepada anggota tim yang lainnya. Air yang sudah diwadahi menggunakan plastik tipis, secara tidak langsung menyulitkan bagi beberapa peserta. Mereka membuat air dari plastik tersebut pecah. akhirnya membasahi tubuh mereka. Begitu riuh suasana dipertempuran terakhir ini. Seluruh siswa larut dalam tawa dan semangat. Tawa karena tidak mampu menahan lucunya pertempuran tersebut. Semangat karena menginginkan kemenangan untuk tim yang mereka dukung. Luar biasa.

Pertempuran pun diakhir dengan "hujan air" yang kami ciptakan. Sisa air yang tidak habis kami lemparkan ke udara. Sontak semua siswa pun melempari teman yang lainnya menggunakan air. Perang pun akhirnya pecah. Seluruh peluh terbasuh air yang begitu menyegarkan. Itulah sebuah nikmat yang tak hingga. Ketika perjuangan tiada henti, terbayar oleh hasil yang menyenangkan. Bukan tentang hasil, bukan tentang siapa yang menang. Tetapi semua ini hanya tentang kebersamaan, kerja keras, kerja sama, dan semangat perjuangan.

Mungkin yang kami lakukan sangat jauh jika dibandingkan dengan perjuangan para pahlawan negeri ini. Namun perlajaran kecil yang kami tanamkan, mudah-mudahn bisa dipanen kelak menjadi buah pembangunan negeri yang lebih baik di masa yang akan datang. Untuk Indonesia yang lebih baik, penuh dengan kesejahteraan, penuh dengan persatuan, dan tetap taat pada aturan Illahi. Amin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun