Mohon tunggu...
Hayatun Nupus
Hayatun Nupus Mohon Tunggu... Mahasiswa - Anak bungsu paling terakhir

Bintang tetaplah bintang meskipun dia telah jatuh.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Rindu Paling Rumit

27 Oktober 2021   10:49 Diperbarui: 27 Oktober 2021   10:53 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Ketika kakak pertama ibuku mencium jenazah ibu aku tak kuasa menahan tangis karena melihat kasih sayang yang begitu besar dari mata beliau. Ka Ida tak mampu menahan kesedihan sehingga dia tak dapat mecium ibu untuk yang terakhir kalinya karena tak mau menunjukkan tangisnya di hadapan jenazah ibu. Ada rasa iri dihatiku ketika melihat Ka Ida menangis dipelukkan suaminya,begitupun kedua kakakku yang lain mereka punya pasangan untuk saling menguatkan. Aku hanyalah anak bungsu yang harus menghapus air mataku sendiri dan mampu berdiri di kakiku sendiri. 

Hari itu bumi seakan menerima kepulangan ibuku karena hari itu cuaca cerah dan hanya hujan kecil sebentar. Waktu azan Zuhur jenazah ibu dibawa ke masjid untuk disholatkan namun aku dan kakak-kakakku tidak ikut menyolatkan karena tak sanggup lagi menerima kenyataan. 

Saat itu hujan gerimis sebentar namun saat jenazah ibu ingin dimakamkan seketika hujan terhenti dan kamipun pergi ke pemakaman. Kami menaburkan bunga di kuburan ibu, bu wajahmu begitu berseri hari ini kau begitu cantik, ibu orang tersabar yang pernah kami temui,seperti harumnya bunga ini nama ibu akan tetap harum di hati kami. Selamat jalan bu, surga menanti ibu.
Hari-hari terberatku dimulai sejak kepergian ibu. 

Aku sudah tak bisa lagi melihat senyum manisnya,tak dapat lagi mencium tangannya untuk berpamitan pergi kuliah,tak dapat kudengar suara lembut itu lagi. Ini adalah masa tersulit dalam hidupku,aku yang selalu meminta dalam do'a ku agar Allah memberiku kesuksesan untuk aku bisa membahagiankan ibuku. Aku selalu bilang ke Allah "Ya Allah jangan ambil kedua orang tuaku sebelum aku sukses dan bisa kasih mereka cucu yang sholeh dan sholehah" namun Allah berkehendak lain.

Bu...anakmu masih harus berjuang, aku masih semester tiga bu kenapa ibu tidak tunggu aku wisuda dulu seperti ibu menyaksikan wisuda Ka Ida. Kata mereka semester ini semakin berat namun bagiku tidak ada yang lebih berat disbanding kehilangan ibu. Maafkan aku bu belum bisa menepati janjiku, maaf aku tidak bisa sesabar dirimu. Tapi aku janji bu akan membuat ibu tersenyum di atas sana.

Sekarang aku tak dapat lagi merasakan masakanmu yang paling enak di muka bumi. Setiap aku pulang ke rumah yang kutemui hanyalah kehampaan. Fotomu bersama ayah dan Ka Ida waktu dia wisuda selalu berhasil membuatku iri karena kau tak sempat menemani ku sampai akhir wisuda tapi aku sempat menemanimu sampai akhir hidupmu.

Rindu ku padamu begitu rumit, yaa sangat rumit karena aku harus selalu meraskan sakit ketika merindukan ibu. Saat kita merindukan seseorang yang sedetikpun kita tak bisa melihatnya lagi inilah yang kusebut rindu paling rumit. Aku punya rencana besar untuk membahagiakan ibu tapi Allah punya takdir yang harus aku terima. Akhirnya aku hanya dapat mengatakan : Salam rindu dari anak bungsumu yang dulu waktu kecil tidurnya selalu kau ayun dan rambutnya kau kuncir dua, ibu akan tetap jadi alasanku untuk tetap bertahan sampai detik ini karena ibu takkan pernah mati di hatiku. Bukan aku yang hebat tapi do'a ibuku yang kuat, selamat bertemu di dimensi yang sama bu. Aku akan selalu menyayangimu.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun