Mohon tunggu...
Hatika AmaliaAM
Hatika AmaliaAM Mohon Tunggu... Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahi Malang

Hai👋 Kalian bisa panggil aku Tika

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Infografis Kerajaan Luwu (Kedatuan Luwu), Sulawesi Selatan

1 Juni 2025   21:10 Diperbarui: 1 Juni 2025   22:12 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
infografis kedatuan luwu-Hatika amalia

Kerajaan Luwu, atau yang juga dikenal sebagai Kedatuan Luwu, merupakan salah satu kerajaan tertua dan paling berpengaruh di Sulawesi Selatan. Keberadaannya memiliki jejak sejarah yang panjang dan erat kaitannya dengan peradaban Bugis.

Periode Berdirinya Kerajaan Luwu

Kerajaan Luwu diperkirakan sudah berdiri sejak abad ke-10 hingga ke-12 Masehi. Namun, beberapa sumber juga menyebutkan abad ke-13 atau bahkan abad ke-14 sebagai masa pendiriannya. Ada juga pembagian periode dalam sejarah Luwu, yaitu:

  • Periode Galigo: Fase raja-raja dewa (hemelingen period) dengan tokoh-tokoh legendaris seperti Batara Guru dan Sawerigading. Sawerigading bahkan dianggap sebagai pendiri Kerajaan Luwu.
  • Periode Lontara/Tomanurung: Periode sejarah yang dimulai setelah para dewa meninggalkan dunia, ditandai dengan munculnya Tomanurung sebagai pemimpin manusia.
  • Periode Islam: Ditandai dengan masuknya Islam ke Kedatuan Luwu pada sekitar tahun 1593 Masehi (1001 Hijriah) atau 1603 Masehi.
  • Kerajaan ini awalnya berpusat di Ussu, kemudian berpindah ke beberapa lokasi seperti Mancapai, Kamanre, Pao, dan akhirnya Palopo pada abad ke-17.

Peristiwa Penting yang Terjadi

Beberapa peristiwa penting dalam sejarah Kerajaan Luwu antara lain:

  • Masa Kejayaan (Abad ke-15): Di bawah kepemimpinan Datu Luwu Andi Patiware (Pati Arase), Kerajaan Luwu mencapai puncak kejayaan. Pusat kerajaan dipindahkan dari Ussu ke Pattimang, sebuah daerah subur dengan potensi pertanian sagu yang melimpah. Luwu juga dikenal sebagai pusat industri senjata besi dan alat pertanian. Pengaruh Luwu meluas hingga ke kerajaan Wajo dan Bantaeng.
  • Islamisasi Kerajaan: Pada awal abad ke-17, Datu Luwu La Patiware Daeng Parabung (memerintah 1587-1615) memeluk Islam dan mengambil gelar Sultan Muhammad Waliyullah. Islam dibawa oleh Datuk Sulaiman dan Datuk ri Bandang dari Minangkabau. Sejak saat itu, Islam menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat Luwu.
  • Peperangan dan Kemunduran: Luwu sempat meminta bantuan Wajo untuk menyerang Bone, namun berakhir dengan kekalahan. Supremasi Luwu meredup. Pada tahun 1535, Gowa-Tallo berhasil menundukkan Bone, lalu menyerang Luwu hingga Luwu terpaksa menandatangani perjanjian pengakuan kekalahan dari Gowa. Pada abad ke-19, Luwu telah menjadi kerajaan kecil.
  • Jatuhnya Pengaruh Belanda: Pada awal abad ke-20, Belanda mulai menguasai wilayah Luwu. Perjanjian Korte Verklaring ditandatangani, yang membuat Luwu melepaskan hak-haknya atas bea cukai dan membayar denda. Ini menandai pudarnya kekuasaan Luwu secara signifikan.
  • Peran dalam Revolusi: Pada tahun 1960-an, Luwu menjadi fokus pemberontakan DI/TII yang dipimpin oleh Kahar Muzakkar.

Elemen Penting Kerajaan Luwu

Beberapa elemen penting yang mencirikan Kerajaan Luwu adalah:

  • Sistem Pemerintahan: Kerajaan Luwu menganut sistem monarki, dengan pemimpin yang bergelar Datu Luwu, Pajung Luwu, atau Pajunge'. Sistem pemerintahan Kedatuan Luwu juga dikenal dengan "Ade Seppulo Dua", yaitu satu suara datu, satu suara pakkatenni ade (pemegang adat), satu suara kadi (ulama), dan sembilan suara ade asera (sembilan jabatan adat).
  • Wilayah Kekuasaan: Pada masa kejayaannya, wilayah kekuasaan Kedatuan Luwu sangat luas, meliputi lebih dari separuh wilayah Sulawesi, mulai dari Palopo ke selatan hingga ke kampung Akkotengen (Daerah Wajo), dan juga memiliki pengaruh hingga ke Sulawesi Tengah. Wilayah ini dibagi menjadi tiga bagian yang masing-masing dipimpin oleh Ma'dika Ponrang, Ma'dika Bua, dan Makole Baebunta.
  • Ekonomi dan Perdagangan: Kerajaan Luwu berkembang pesat berkat sumber daya alam seperti emas dan besi. Luwu berperan penting dalam perdagangan antar pulau di Nusantara, khususnya dalam perdagangan laut melalui Teluk Bone, menjadikannya pusat ekonomi dan jalur strategis di wilayah timur Indonesia. Nama Luwu bahkan dikaitkan dengan besi dan keris di Jawa.
  • Budaya dan Adat: Masyarakat Luwu memiliki tradisi lisan yang kaya, seperti I La Galigo, yang dianggap sebagai epos terpanjang di dunia. Nilai-nilai seperti "To Accana Luwu" (pemikiran yang bersih dari seorang raja) menjadi pedoman hidup masyarakat. Meskipun tidak lagi memegang fungsi pemerintahan, Kedatuan Luwu berperan penting dalam menjaga tradisi dan adat istiadat Sulawesi Selatan.
  • Simbol-simbol: Simbol-simbol penting dalam Kerajaan Luwu termasuk payung merah sebagai panji kebesaran, guci, sayap burung, tanaman labu kuning, dan senjata kerajaan "Bessi Pakka".

Saat ini, wilayah bekas Kerajaan Luwu terbagi menjadi Kabupaten Luwu, Kabupaten Luwu Utara, Kabupaten Luwu Timur, dan Kota Palopo, dan dikenal sebagai "Tanah Luwu" atau "Luwu Raya". Meskipun tidak lagi menjadi entitas politik, warisan sejarah dan budayanya tetap hidup dan dihormati oleh masyarakat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun