Mohon tunggu...
Hastuti K
Hastuti K Mohon Tunggu... -

Hastutik Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2014

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan Seks Usia Dini, Pentingkah?

8 Desember 2014   19:50 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:47 803
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Seks merupakan segala upaya atau usaha yang dikerahkan yang berupa hubungan atau koneksi antara 2 manusia untuk meneruskan generasinya. Akan tetapi yang terjadi saat ini yaitu maraknya seks bebas dikalangan remaja. Seks bebas sendiri adalah hubungan seksual yang dilakukan dengan lawan jenis yang belum sah atau belum menikah tanpa tujuan tertentu dan hanya untuk kesenangan belaka. Dampak yang diciptakan dari seks bebas ini sangatlah banyak, seperti beresiko dan merugikan bagi pihak kaum wanita jika sampai menyebabkan kehamilan yang berujung pada pernikahan dini bahkan aborsi. Serta bisa menimbulkan beberapa penyakit, seperti Herpes Genital, Sifilis, Gonore (kencing nanah), kanker serviks dan HIV/AIDS. (pohonnanasindonesia.blogspot.com)

Masalah seks bebas harus segera diatasi, beberapa cara yang harus dilakukan yaitu mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa,pengawasan dari orang tua, dan sosialisasi mengenai dampak negatif dari seks bebas. Selain itu diperukan juga akan penanaman moral dan budi pekerti yang baik sejak dini serta adanya pendidikan seksualitas sesuai dengan umur anak. Karena pendidikan seks ini sangat perlu untuk mengantisipasi, mengetahui, atau mencegah kegeiatan seks bebas dan mampu menghindari dampak-dampak negatif lainnya.

Pentingnya akan pendidikan seks ini dikarenakan banyaknya banyaknya pergaulan bebas dikalangan remaja dan kekerasan seksual pada anak akhir-akhir ini. Oleh karena itu pendidikan seks perlu diterapkan sejak usia dini. Orang tua tidak perlu tabu mendengar hal ini seakan-akan vulgar. Menurut yang dikutip dari belajarpsikologi.com, Pendidikan seks (Sex Education) adalah suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar. Informasi-informasi ini meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran, tingkah laku seksual, hubungan seksual dan aspek-aspek kesehatan, kejiwaan dan kemasyarakatan. Selain itu sex education juga membahas mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan jenis kelamin, mulai dari pertumbuhan jenis kelamin, fungsi kelamin sebagai alat reproduksi, bagaimana terjadinya menstruasi dan mimpi basah, sampai pada timbulnya birahi karena adanya perubahan hormon-hormon. Termasuk masalah perkawinan dan kehamilan.

Pihak yang paling bertanggung jawab kan hal ini adalah orang-orang terdekat dengan anak, salah satunya yaitu orang tua. Orang tua harus membekali anak tentang pendidikan seks ini sejak dini. Jika anak tidak dibekali dengan pengetahuan tentang seks sejak dini, akan berdampak buruk bagi masa depan, seperti terjerumus pada hubungna seks bebas maupun rentan terhadap kasus kekerasan seksual pada anak.

Menurut Enny Sapurno, Direktur Human Resources PT Unilever Indonesia Tbk yang saya kutip di www.beritasatu.com, menjelaskan bahwa pendidikan seks pada anak penting dilakukan sejak anak mulai mengenal bahasa atau sekitar umur 2 tahun. Karena pada usia tersebut perkembangan otak anak sangat pesat hingga mencapai 80%. Anak dapat menyerap segala hal yang diajarkan secara cepat.

Menurut sumber dari alamat tersebut, terdapat teknik dalam memberi pendidikan seks pada anak usia dini. Teknik pendidikan seks usia dini terdapat 3 cara, yaitu:

1.Self Defence System

Artinya orang tua perlu memberi pemahaman pada anak bagaimana ia melindungi dirinya dan menjaga diri dari kekerasan seksual, yaitu dengan memperkenalkan pada anak nama-nama organ tubuh dan organ reproduksi serta funginya masing-masing dengan nama yang benar

2.Left Brain System

Yakni mengajarkan pendidikan seks melalui otak kiri anak, atau dengan merespons hal-hal yang bersifat sains. Pendidikan seks yang ditangkap oleh otak kiri akan merespon bagian tubuh sebagai anggota tubuh biasa yang mempunyai fungsi masing-masing. Hal itu membuat anak melihat segala seuatunya dengan sains.

3.Brain Response System

Tekni ini diperlukan agar anak memiliki daya tolak jika ada ancaman pelecehan seksual terhadap dirinya.

Semoga bermanfaat J

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun