Mohon tunggu...
Hastira Soekardi
Hastira Soekardi Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu pemerhati dunia anak-anak

Pengajar, Penulis, Blogger,Peduli denagn lingkungan hidup, Suka kerajinan tangan daur ulang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tangisan Bayi

27 September 2019   02:28 Diperbarui: 27 September 2019   02:30 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : www.pixabay.com

"Ya, sudah sana, tapi tolong hutang makan kemarin dan hari ini belum dibayar. Mak Iroh tak mengijinkan aku berhutang lagi kalau yang kemarin dan hari ini belum bayar,"tukasku. Dia merogoh kantung bajunya , hanya ada lima ribu rupiah di kantungnya. Mana cukup uang segitu, apalagi dia selalu makan daging di setiap makannya.

Malam ini, bayiku tetap saja tak mau tidur. Apa merasakan kalau ayahnya sudah tak pulang dua hari. Ada demo besar-besaran . Entah kemana dia pergi. Lupa punya keluarga yang harus dia beri makan. Untungnya uwa Siti tiap hari memberikan makan walau makan sisa kemarin.

Aku sudah lelah . mataku tak tahan lagi, kantuk begitu kuat . Tapi baru tertidur sebentar tangis bayiku mengeras lagi. Coba aku gendong dan ayun-ayun , masih terus menangis.

Dan tiba-tiba saja pintu rumahku digedor orang. Aku takut sekali.  Aku bukakan pinu. Beberapa oramg menggotong suamiku ke dalam rumah. Dia sudah tiada. Aku hanya diam membisu. Dan tiba-tiba saja bayiku juga terdiam. Sunyi malam itu menjelang pagi. Entah masa depan apa lagi yang harus aku hadapi. Semua gelap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun