Mohon tunggu...
H.Asrul Hoesein
H.Asrul Hoesein Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang Sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Jakarta http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Founder PKPS di Indonesia | Founder Firma AH dan Partner | Jakarta | Pendiri Yayasan Kelola Sampah Indonesia - YAKSINDO | Surabaya. http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Selanjutnya

Tutup

Money

Menyoal Eksistensi Saudagar Bugis Makassar (5)

21 September 2010   03:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:05 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

[caption id="attachment_264125" align="alignleft" width="259" caption="JK lagi santai_GImage_rul"][/caption]

Saran untuk PSBM dan KKSS

  1. Buat data base para saudagar (ekonomi dan politik) serta komunitas lainnya, PSBM bersama KKSS lakukan identifikasi tanpa kecuali termasuk perantau person/pribadi (minta mereka mendaftarkan diri di KKSS setempat).
  2. KKSS dan PSBM, buat struktur berjenjang (pusat, provinsi dan daerah) dengan melibatkan/sinergikan dengan pengusaha/masyarakat local, guna menjalankan visi, misi dan program aksi PSBM atau KKSS (keduanya harus sinergi, demi efisien dan efektifitasnya). Ini pula bertujuan untuk mengangkat sumber daya (produk/pengusaha) kearifan local, untuk selanjutnya dapat berkontribusi pada ekonomi nasional yang berbasiskan ekonomi daerah/komunal.
  3. PSBM harus ada struktur atau berbentuk badan usaha (PSBM sebelumnya pernah direncanakan buat badan usaha ini, entah sudah terbentuk apa belum?). Namun sebaiknya hanya struktur berjenjang (non profit, agar lebih luwes membantu saudagar local), PSBM bertugas hanya sebagai jalur informasi atau kordinasi (networking) saudagar melalui PSBM dan Pemerintah atau jejaring ke investor atau sesama saudagar/masyarakat/calon pengusaha. Ini salah satu solusi untuk menciptakan pengusaha di daerah (minimal penciptaan home industry) di kab/kota atau bisa menjadi usaha plasma dari usaha saudagar yang sudah ada. Tanpa struktur manajemen tata kelola, pastilah rekomendasi PSBM itu akan mandul, karena berjalan tanpa wadah. Bila tidak demikian, maka ini akan menjadikan PSBM menjadi ajang “wacana” tahunan di Makassar.
  4. KKSS juga perlu membuat kantor perwakilan di daerah asal (masing-masing kab/kota, minimal system regional) sebagai jejaring informasi secara makro khususnya, baik masyarakat ke KKSS di rantau, maupun sebaliknya. Termasuk memberi kemudahan para investor ke daerah, setidaknya sebagai guide, atau informasi bisnis, kebutuhan pemasaran komoditi dan tenaga kerja, dll.
  5. PSBM dan KKSS harusnya perhatikan TKI/TKW khususnya yang ada di Malaysia yang bekerja di perkebunan dan pembantu rumah tangga (mereka bulan-bulanan di sana). Ini mestinya menjadi prioritas rekomendasi PSBM. Solusi untuk mereka adalah ciptakan usaha di daerah asalnya atau daerah baru (misalnya PSBM membuat usaha patungan sesama saudagar). Ini perlu diseriusi, disamping pemerintah karena banyak warga/bugis di negeri jiran tersebut (dipastikan banyak illegal). Karena mereka illegal, maka Malaysia mempermainkan upah buruh, TKI/TKW tidak nurut, ya ditangkap, ini fenomena yang terjadi. KKSS di negeri rantau harus bekerja pula memikirkan nasib TKI/TKW yang tidak manusiawi.
  6. PSBM diharapkan menjadi motor penggerak pendidikan serta pengetahuan entrepreneurship (spirit saudagar) dan pendidikan pengelolaan lingkungan (kenali bumi/alam) pada pendidikan usia dini (termasuk SD, SMP,SMA) serta mensukseskan program pro green di lingkungan sekolah dan perusahaan. Keterlibatan PSBM disini karena mereka butuh sentuhan teknologi dan sarana dan prasarana penunjang keterampilan, serta disana pula ada tercipta nilai ekonomi (benih SDM saudagar).
  7. PSBM kedepan, diharapkan menambah kegiatan disamping seminar dll. juga sedapatnya melaksanakan pameran dan kontak bisnis (mendekatkan saudagar perantau dan saudagar local dan masyarakat secara umum), serta buat aksi pro green, misalnya penanaman pohon, dll.
  8. PSBM kiranya menyumbangkan konsep atau grand design peningkatan perekonomian Indonesia kepada pemerintah Indonesia, setidaknya dimana para saudagar/KKSS berada di seluruh Indonesia (kab/kota) tanpa kecuali, misalnya grand design agribisnis, dll. demi mendukung pelaksanaan otonomi daerah menuju otonomi desa.
  9. Khusus kepada Gubernur dan para Walikota/Bupati di Sulawesi Selatan, kiranya menyorot beberapa point saran diatas, agar disetiap pertemuan PSBM tidak sekedar seremonial belaka atau hanya menjadi bisnis “bisik-bisik” diantara para saudagar yang hadir, artinya tolong lirik kebutuhan rakyatnya, karena dengan mereka pajak terkumpul. Demikian pula harapan JK pada pertemuan kali ini dan beberapa tokoh Sulsel lainnya, seperti Mayjen Purn. Abdul Rivai (Ketua BP-KKSS).

Demikian sekedar catatan untuk PSBM, agar ke depan bisa menjadilokomotif pengembangan ekonomi nasional berbasis daerah, mengembangkan jejaring (networking) usaha berbasis masyarakat bukan kepentingan golongan, tentu diharapkan tidak menodai filosofi dasar saudagar bugis yang dipegang teguh, dengan prinsip itu diantaranya, kekeluargaan, bermitra (padaidi padaelo), tolong menolong (sipatuo sipatokkong), bekerja keras dan telaten (matinulu na temmangingngi), konsisten dan berani (warani na magetteng), kaya ide (sugi nawa-nawa na sugi watakale), jujur dan amanah (malempu na riparennuangi).

Direktur Reform Institute Dr Yudi Latif PhD mengharapkan pertemuan saudagar Bugis ini mampu mendorong transformasi semangat 'makkareso’, atau semangat kerja orang Bugis, menjadi semangat keindonesiaan. Sementara Sugeng Purwanto PhD, FRM, Direktur Paramadina Graduate School of Business mengatakan, manfaat pertemuan para Saudagar ini untuk kepentingan nasional, belum terasa. “Salah satunya karena sifatnya yang masih kedaearahan, sehingga skalanya masih kecil,” ujarnya kepada INILAH.COM.

Semoga pertemuan PSBM ini tidak berfungsi sebagai ajang reuni belaka, pertemuan kangen-kangenan diantara sesamapara saudagar. Jangan sampai pertemuan para saudagar seperti ini akan bermetamorfosis untuk membangkitkan primodialisme sempit di kalangan kelas menengah Bugis Makassar (semoga saya tidak keliru dalam menilainya), karena kalau ini terjadi, tentu kita lebih khawatir lagi dengan masa depan perpolitikan daerah di kancah nasional.

Sebagai penutup postingan, saya menitip pesan orang tua bugis, bila anaknya (keluarga) hendak merantau yaitu “getteng, lempu, ada tongeng” (konsekwen, jujur, dan berkata benar). Semoga serta diharapkan prinsip-prinsip tersebut dapat dipertahankan demi kejayaan dan damainya Indonesia.

Catatan : postingan ini dibagi 5 bagian dengan judul yang sama, untuk memudahkan koreksi dan komentar pembaca untuk selanjutnya diharapkan ide dan saran atau komentarnya atas perbaikan ekonomi Indonesia melalui kemitraan dengan PSBM (tanpa mengenal baju kedaerahan). Bravo PSBM, Bravo NKRI.Terima kasih.

Postingan ini terhubung dengan:

Menyoal Eksistensi Saudagar Bugis Makassar (1)

Menyoal Eksistensi Saudagar Bugis Makassar (2)

Menyoal Eksistensi Saudagar Bugis Makassar (3)

Menyoal Eksistensi Saudagar Bugis Makassar (4)

asrulhoeseinbrother, GIH Foundation

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun