Mohon tunggu...
H.Asrul Hoesein
H.Asrul Hoesein Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang Sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Jakarta http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Founder PKPS di Indonesia | Founder Firma AH dan Partner | Jakarta | Pendiri Yayasan Kelola Sampah Indonesia - YAKSINDO | Surabaya. http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Selanjutnya

Tutup

Politik

Capres Pilihan Oligarki

7 November 2022   17:51 Diperbarui: 7 November 2022   18:08 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: KOMPAS/DIDIE SW

"Situasi yang terjadi saat ini, baik di bidang ekonomi, politik, hukum, dan sosial diduga merupakan akibat ulah oligarki yang lebih mengutamakan pribadi maupun kelompok dibanding masyarakat umum."

Indonesia belum bisa lepas dari pengaruh besar daripada kelompok oligarki dalam menentukan calon presiden (Capres) pada pemilihan presiden (Pilpres) tahun 2024. Namun setidaknya bisa dikurangi demi merdekanya Indonesia secara utuh. 

Idealnya sebuah partai politik (parpol) memang wajib mengusung ketua umumnya sendiri. Juga bila ada kader potensi, tidak diterima oleh partainya. Maka itu alamat buruk proses kaderisasi parpol. 

Menjadi kegagalan parpol melakukan kaderisasi jika dalam kontestasi pilpres justru harus mengusung capres dari luar partai atau bahkan mengusung kader parpol lain. 

Kegagalan parpol dalam kaderisasi dan politik dinasti itu menjadikan pintu masuk kaum oligarki menguasai relung-relung kehidupan pemerintahan. Indonesia masih terjerat disana. 

Kelihatan ada niat dan rencana Megawati, Ketua Umum (Ketum) PDI-P untuk keluar dari cengkraman oligarki, dengan menolak Ganjar Pranowo. Kalau memang benar, Megawati haruslah hati-hati dan jangan salah memilih capres-cawapres agar tidak kalah di Pilpres 2024.

Megawati mendorong Putri Mahkota Puan Maharani, Ketua DPR RI untuk maju sebagai Capres pada Pilpres 2024. Juga sebuah bukti pecahnya kongsi dengan Jokowi yang nampak support Ganjar Pranowo. 

Tapi kelihatan juga Megawati dilematis untuk memilih Puan, dan betul sangat berbahaya dan potensi kalah. Karena Puan belum matang untuk saat ini dicapreskan. 

Kecuali Megawati mengantar PDI-P berkoalisi cerdas dan jadikan Puan sebagai cawapres dalam koalisinya. PDI-P sulit menangi Pilpres 2024 bila tidak berkoalisi. Tentu Megawati memahami semua itu. 

Keluar Oligarki 

Mungkin Megawati baru sadar bahwa selama sepuluh tahun meninggalkan Wong Cilik karena berada dalam lingkaran atau pengaruh oligarki. 

Pertanyaannya, mudahkah Megawati meninggalkan pengaruh oligarki dan kembali ke Wong Cilik? 

Ya tentu tidak gampang dan semudah yang dibayangkan, butuh perjuangan dan dukungan dari para kader dan konstituennya dan harus kompak. Nah kelihatan saat ini para kader PDI-P potensi pecah. 

Bisa saja mudah asal mampu memilih capres-cawapres yang dikehendaki rakyat. Nah, nampak kelihatan susah karena kandidat yang didorong kurang mengena di hati publik, nampak elektabilitas Puan Maharani sangat rendah.

Kalaupun Megawati tetap inginkan lepas dari oligarki, salah satu strateginya adalah mundur selangkah dengan berkoalisi Gerindra dan PKB (Koalisi Indonesia Raya/KIR) untuk formasi Prabowo-Puan. Itu seh analisa dan prediksi penulis. 

Ya. Tentu harus korban, karena pernah melakukan wan prestasi dengan Wong Ciliknya. Tentu harus dibayar mahal, bila PDI-P ingin eksis memenangkan Pemilu dan Pilpres 2024, tanpa gangguan oligarki, bayar mahal dan korbankan keluarga serta jauhi kroninya. 

Dua nilai yang tinggi dan mahal harus ditempuh dan ditebus oleh PDI-P bila ingin eksis di masyarakat dan Wong Ciliknya, yaitu koalisi Gerindra untuk posisi Puan sebagai cawapres dan bersama Jokowi dukung Prabowo Subianto, semua meninggalkan oligarki demi rakyat. 

Karena sangat jelas pula bahwa oligarki kurang bersahabat dengan Prabowo Subianto. Mungkin kalau ada capres yang paling ditolak oleh kelompok oligarki adalah Prabowo Subianto.

Satu-satunya harapan oligarki sebenarnya diduga adalah Ganjar Pranowo, namun Ganjar tidak memiliki tunggangan perahu parpol yang paten untuk dijadikan tiket menuju Pilpres 2024.

Jokowi bila tetap ingin mendorong Ganjar Pranowo harus ekstra kerja keras dan berbiaya mahal bila ingin merebut Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) sebagai tiket Ganjar Pranowo.

Hanya satu harapan oligarki adalah Ganjar Pranowo, hanya Ganjar yang bisa
dipersonifikasi sebagai Jokowi yang cenderung egaliter. NasDem dengan mengusung Anies, sangat jelas jauh dari oligarki.

Sekarang tinggal masyarakat pemilih, nantinya pilih yang mana. Mau mengikuti keinginan oligarki atau akan berpihak pada keinginan rakyat. Semua terpulang pada pemilih di Pilpres 2024.

Bagaimana pendapat Anda?

Ref: Oligarki/Kompas

Jakarta, 7 November 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun