Mohon tunggu...
H.Asrul Hoesein
H.Asrul Hoesein Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang Sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Jakarta http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Founder PKPS di Indonesia | Founder Firma AH dan Partner | Jakarta | Pendiri Yayasan Kelola Sampah Indonesia - YAKSINDO | Surabaya. http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Hilal Telah Tampak, Ingat Tiba Masa Akhir Bayar Zakat Fitrah

23 Mei 2020   14:37 Diperbarui: 23 Mei 2020   15:39 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai contoh kelompok yang tidak pernah bisa ketemu hasil penampakan bulan baru atau sabit, penanda dimulainya bulan baru dalam kalender Hijriah atau disebut hilal adalah Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.

Penyebab utama perbedaan antara NU dan Muhammadiyah, bukan pada perbedaan metode hisab (perhitungan) oleh Muhammadiyah dan rukyat (pengamatan) oleh NU. Tetapi pada perbedaan kriterianya.

Lebih spesifik merujuk akar masalah, adalah Muhammadiyah yang masih menggunakan hisab wujudul hilal. Bila posisi bulan sudah positif di atas ufuk, tetapi ketinggiannya masih sekitar batas kriteria visibilitas hilal (imkan rukyat, batas kemungkinan untuk diamati) atau lebih rendah lagi, dapat dipastikan terjadi perbedaan.

Walau perbedaan tidak mengurangi nilai dan keberkahan beribadah, karena semua terpulang pada Allah Swt yang paling menentukan amal seseorang. Tapi sebaiknya demi tidak terjadi kebingungan pada masyarakat dan khususnya umat muslim, lebih baik bersatu kriteria dalam menentukan hilal Idul Fitri.

Pada akhirnya, seperti yang sudah dijalankan selama bertahun-tahun, pemerintah Indonesia menggabungkan dua metode ini secara bersamaan. Pendekatan rasional dengan hisab dan pendekatan empirik dengan rukyat.

Jujur kami umat muslim yang bukan ahli agama dan mungkin juga masyarakat diluar sana dibuat bingung dengan perbedaan yang tidak terlalu berbobot untuk didiskusikan, karena soal kriteria saja. Mari kita saling menghormati untuk mencari solusi. 

Adakah solusinya ? 

Tentu ada, sebaiknya NU dan Muhammadiyah bersama ormas-ormas Islam lainnya, harus berani dan bersepakat untuk mengubah kriteria dan menyepakati satu piliha metode dalam penentuan hilal.

Agar para Ormas Islam tidak saling bertahan pada sikap yang kurang patut demi atas nama perubahan yang terus bergerak. Sebaiknya duduk bersama, untuk merumuskan masalah penentuan kriteria hilal, supaya ibadah tahunan Idul Fitri tersebut tidak diperdebatkan lagi. Melengkapi info ini bisa baca perbedaan diantaranya, klik di Sini.

Kalaulah cara beribadah yang lain mau berbeda terserah sajalah. Tapi dengan beribadah Idul Fitri yang sekali setahun ini dan dilaksanakan secara terbuka, lebih baik disamakan saja. 

Namanya juga ibadah tahunan. Karena kami umat muslim yang lugu agama tidak juga ikut terpengaruh dengan segala perdebatan tingkat elit tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun