Mohon tunggu...
H.Asrul Hoesein
H.Asrul Hoesein Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang Sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Jakarta http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Founder PKPS di Indonesia | Founder Firma AH dan Partner | Jakarta | Pendiri Yayasan Kelola Sampah Indonesia - YAKSINDO | Surabaya. http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

[Konvensional] Liga Dangdut Indonesia "LIDA" Indosiar

7 April 2019   23:53 Diperbarui: 8 April 2019   00:16 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Liga Dangdut Indonesia - LIDA 2019. Sumber: Kapanlagi.Com

Liga Dangdut Indonesia - LIDA - merupakan perlombaan yang digelar live oleh televisi swasta nasional Indosiar Jakarta. LIDA dimulai tayang sejak 15 Januari 2018 dengan menyiapkan hadiah total Rp. 1 Milyar. Pemenang pertama mendapatkan Rp 500 Juta, kedua Rp 300 Juta, dan ketiga Rp 200 Juta (baca: Liga Dangdut Indonesia Cari Pedangdut Terbaik dari 34 Provinsi) 

Pertunjukan LIDA sebenarnya menarik dan memotivasi tapi semakin tidak menampakkan sebagai kompetisi yang profesional. Dalam penayangannya memberi kesan konvensional dalam perlombaan. Sepertinya kurang kreatif saja dalam memanfaatkan waktu penayangan. Beberapa tayangan keluar dari substansi utama atas keberadaannya. 

Materi siar non substansi telah dipertontonkan secara serius dan menyita waktu, fulgar serta kurang mendidik seperti "penayangan ekstra promosi berlebihan" adanya pemberian oleh-oleh (terlepas terjadinya promosi produksi nusantara), semakin meningkat dari pendukung peserta kompetisi LIDA 2019. Paling miris terjadinya penanyangan bersifat pribadi "rasa cinta" diantara peserta dan lainnya. Kondisi-kondisi seperti ini sangat berpengaruh dalam kompetisi. 

Momentum tersebut berpotensi menciptakan resistensi atau rasa tidak nyaman antar peserta dan pendukungnya, dampak negatifnya lebih besar. Ingat bahwa LIDA 2019 ini adalah perlombaan atau kompetisi yang menyita waktu cukup lama, khususnya kepada peserta. Maka diharapkan mendapatkan dampak positif untuk peserta dan masyarakat Indonesia. 

LIDA bukan sebuah entertainment biasa, tapi sekali lagi bahwa sebuah perlombaan. Harusnya dikemas profesional dengan menunjukkan qualitas, agar memberi edukasi dan motivasi, khususnya dapat memberi pengaruh positif terhadap peserta lomba LIDA yang telah mengorbankan waktu cukup lama meninggalkan kampung halaman, keluarga, pekerjaan, sekolah dan lain sebagainya. 

Contoh klasik pada LIDA 2019 Top 16. Setelah beberapa hari lalu Indosiar mendatangkan orang tua (ibu) Fikoh, salah seorang peserta LIDA 2019 dari Bangka Belitung. Malam ini (7/4) mendatangkan lagi orang tua (ibu) Fomalhaut Zamel yang merupakan salah seorang "penilai kostum" designer dalam lomba LIDA 2019. Kebetulan Fiko dan Fomal menjalin simpatik "cinta" dan bermaksud melanjutkan kejenjang pernikahan. 

Sebaiknya dalam perlombaan semacam LIDA, janganlah berlebihan mempertontonkan hal bersifat pribadi. Beri edukasi yang baik dan benar untuk peserta dan masyarakat Indonesia. Apalagi siaran-siaran Indosiar ditonton sampai keluar negeri. Tayangkanlah acara-acara yang dikemas secara profesional dan mendidik bangsa Indonesia.

Keterangan Video: Live LIDA 2019 TOP-16, Minggu 7 April 2019.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun