Mohon tunggu...
Ibsah M
Ibsah M Mohon Tunggu... Wiraswasta -

orang biasa yang terus belajar dan berdamai dengan diri dan lingkungan.

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Akhir dari Episode I

28 Mei 2016   14:38 Diperbarui: 28 Mei 2016   15:07 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satria Gula Kelapa (SGK) yang diutus untuk meminta kesediaan Begawan Penjaga Hutan Kerja Bakti untuk bertarung dengan pendekar dari Tanah tinggi Himalaya dan Negeri Persia-sebagai syarat kerjasama-telah tiba di depan air terjun yang merupakan pintu masuk ke Goa Dara, tempat tinggal sang Begawan. SGK bisa dikatakan sebagai murid angkat si Begawan karena diberi pengetahuan olah kanuragan 4 unsur. Sekali melenting, tubuhnya sudah sampai dibelakang air terjun tepat di depan pintu masuk Goa. Pada waktu itu, Pinandihita sedang berlatih dengan giatnya dengan bimbingan sang Begawan.

Setelah berbasa-bais sebentar, SGK mengutarakan maksud kedatangannya.

‘Mmmh….saya sudah tua SGK, tiada gunanya pertarungan itu buat saya, mungkin iya bagi Pinandihita karena ia masih harus menimba banyak pengalaman’, jawab begawan dengan santai dan tenang.

‘Tapi begawan sebagai satria yang menjunjung tinggi janji, kami tidak bisa mengingkari janji tersebut’, sambung SGK dengan sedikit memaksa.

‘Biarlah kamu dan adik muridmu ini saja yang mewakili saya. Pinandihita bisa pergi sebagai pemenuhan syarat kedua dimana mereka ingin berkenalan dengan Pinandihita’, jawab Begawan dengan tegas dan tidak bisa ditawar lagi.

Akhirnya mereka berdua bergerak secepat angin menuju Istana kerajaan ANTAH BERANTAH.

-***-

Sementara itu, Xaverius, Vasco dan Bartolemuz akhirnya memilih berdamai dengan kenyataan. Mereka menyerahkan semua persenjataan, perbekalan dan pasukan yang tersisa untuk diambil alih oleh kerajaan ANTAH BERANTAH. Panglima Kebosora merasakan kenyataan indah telah datang dan bersama pasukannya merayakan kemenangan ini.

Tanpa kesulitan berarti, Senopati Elang Biru bisa membawa kembali Prabu Radmila Sangkara beserta keluarganya. Mereka akhirnya bergabung dengan pasukan dan bertolak menuju istana kerajaaan. Berita mengenai kemenangan dan kembalinya sang Prabu telah menyebar ke antero negeri. Mereka yang ada dalam Istana mengadakan persiapan penyambutan.

-***-

Ramai sekali pesta penyambutan sang Prabu beserta keluarganya. Yang paling menarik dan banyak penontonnya adalah tanggapan adu kanuragan. Pertarungan antara SGK melawan Pendekar Tanah Tinggi Himalaya, Pinandihita melawan Pendekar Persia dan Begawan Sokalima versus satria Hideyoshi. Yang terakhir adalah pertarungan antara kekasih lama dari istri begawan Sokalima yakni satriawati Akiko yang putus cintanya dengan Satria Hideyoshi di masa  mudanya.

Namanya juga pertarungan persahabatan, maka tidak ada pemenang diantara mereka. Satu hal yang pasti, Begawan Sokalima akhirnya tahu siapa gerangan musuhnya.  

‘Kalau engkau masih mencinta Akiko….., engkau datang temui dia. Dia ada di perguruan Bukit Sokalima, Bagaimana satria Hideyoshi?’,  tawar Sokalima yang melihat adanya jalan untuk keluar dari perkara balas dendam dengan bekas kekasih istrinya.

‘Kalaupun saya datang ke sana, bukan maksud hati untuk mencurinya dari tuan Sokalima. Saya hanya ingin memastikan apakah dia BAHAGIA hidup bersama tuan Sokalima’, sambung satria Hideyoshi dengan logat atau aksen negeri Jepun.

‘Syukurlah kalau tuan mengerti…’, jawab sokalima sambil mengundurkan diri dari pertarungan.

-***-

Pesta sudah kelar dan sekarang kedamaian kembali di Negeri ANTAH BERANTAH. Sang Raja kembali memimpin persidangan tertutup kerajaan di Balairung istana yang dihadiri oleh para petinggi kerajaan.

‘Bagaimana Mahapatih Nirwasita tentang keamanan Negeri ini dan Sayembara yang tertunda?’

‘Daulat sang Prabu, untuk sayembara dan kelanjutannya saya pasrahkan kepada Panglima Kebosora karena dia sudah kembali dari pertapaannya’, jawab Nirwasita sambil menoleh kepada Panglima Kebosora.

Yang ditolehipun menyahut: ’Ampun gusti Prabu, Sayembara akan tetap dilaksanakan secara formalitas, mengingat sudah banyak yang mendaftar’.

‘Kenapa formalitas?’, tanya balik sang Prabu dengan mengelus jenggotnya.

‘Menurut hemat saya, ada seorang Ksatria yang cocok untuk gusti putri Dewi Rempah Wangi yakni Satria Gula Kelapa. Dia seorang pangeran, gagah perkasa dan tampan serta kanuragannya tinggi pula, sungguh calon menantu yang ideal buat putri sri Baginda’, jawab Panglima Kebosora.

‘O begitu….., saya sependapat dengan Panglima, Namun masalah cinta ini masalah hati, saya akan menanyakan dulu pada putriku’, jawab sang Prabu dengan bijak.

Pertemuan tertutup akan segera ditutup, namun sedetik sebelum ditutup ada kabar yang diterima oleh Mahapatih Nirwasita.

‘Ampun sang Prabu, Bagaimana dengan Punggawa Wasita dan Gurunya?. Yang kedua, saya menghaturkan permintaan khusus dari para tawanan dari negeri semenanjung Dataran Biru’, kata Nirwasita.

‘Asingkan saja Punggawa Nirwasita beserta keluarga dan gurunya. Lekas katakan apa permintaan mereka Patih…’, jawab sri Baginda.

‘Daulat sang Prabu, mereka mengharap agar Dewi Rempah Wangi (DRW) berkenan membantu Negeri mereka yang diserang oleh monster jahat yang sakti mandaraguna. Jadi tujuan mereka kesini adalah bukan hendak menjadikan DRW sebagai istri bagi raja mereka namun untuk mengalahkan monster jahat tersebut. Monster jahat itu mempunyai kesaktian bisa mengeluarkan hawa sangat dingin dan jahat karena membuat para ternak dan hewan di hutan mereka tewas dan membusuk semuanya. Alhasil, daging dari para hewan tersebut tidak bisa dipakai sebagai lauk pauk untuk makanan mereka. Selain itu bau busuk akibat kematian para binatang dan hewan, sungguh mengganggu kehidupan mereka. Kenapa DRW?, hal itu didasarkan pada hasil ramalan seorang ahli nujum terkenal bahwa yang bisa mengalahkan monster jahat itu adalah gusti ayu DRW’, begitu permintaan mereka gusti Prabu.

‘Baiklah, cepat haturkan kepada mereka, saya berkenan membantu namun setelah saya menggelar perkawinan putriku’, jawab sang Prabu dengan bijak.

Ternyata bakal ada kehidupan di negeri lain yang sudah menanti kehadiran Dewi Rempah Wangi dan Satria Gula Kelapa. Begitu pula dengan ramalan Negeri ANTAH BERANTAH ketika DRW lahir bahwa putri ini kelak akan menyebarkan keharuman di Negeri sendiri dan orang lain.

-Selesai-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun