Mohon tunggu...
Ibsah M
Ibsah M Mohon Tunggu... Wiraswasta -

orang biasa yang terus belajar dan berdamai dengan diri dan lingkungan.

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Tabu Damai

23 Mei 2016   23:01 Diperbarui: 24 Mei 2016   13:34 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Debu mengepul dengan tebalnya akibat ratusan tapak kaki kuda yang ditunggangi oleh para rombongan pendekar dari Negeri Bunga Tulip dan Pegunungan Iberia. Tujuan mereka cuma satu yakni membawa pulang Dewi Rempah Wangi ke Negeri mereka. Semuanya mereka lakukan atas perintah para Raja mereka. Yang pada akhirnya kecintaan pada negeri masing-masing.

Mereka kini berada di pinggiran Hutan Dandaksa. Sudah puluhan kali hutan ini mereka masuki, jangankan jejak kaki sang prabu, baunyapun tidak tercium.

Pencarian yang tidak kunjung mendapatkan hasil, asing dengan suasana sekitar, perbekalan yang mulai menipis adalah salah satu dari sekian banyak hal yang membuat terjadinya pertengkaran di antara rombongan pendekar. Alhasil, merekapun terpecah menjadi 2 kelompok.

‘Bartolomeuz, Kami tidak ikut kalian mencari Dewi Rempah Wangi, Kami direkrut untuk bertarung bukan untuk tugas pencarian’, seru wakil dari kelompok pertama dengan suara lantang.

‘Vasco, apa-apaan kalian, kalian sudah kami bayar untuk menunaikan tugas ini. Tidak peduli bertempur atau mencari!, pokoknya kalian harus ikut kami sampai tugas ini selesai!!!’, Tak kalah lantang Bartolomeuz mengaum.

‘Hei, sekali tidak tetap tidak…!!!, kami akan pergi, kelak kalau kalian akan bertempur panggil saja kita, bagaimana kawan-kawan?’, teriakan lantang si Vasco semakin memanaskan situasi.

‘Setujuuuuu….’, serempak kelompok si Vasco menjawab.

Kontan saja jawaban itu membuat kelompok kedua naik darah.

‘Vasco, kalian tidak bisa pergi begitu saja. Ingat titah maharaja negeri kita’, Bartolomeuz mencoba menggugah dari sisi patriotismenya si Vasco.

‘Persetan dengan sang Raja, Dia sekarang enak tidur dengan Ibu Suri dan gundik-gundiknya…., apakah dia peduli dengan penderitaan kita?’, balas si Vasco dengan ketus.

‘Kurang ajar, berani benar kau menghina sang Raja!!!. Hanya nyawamu yang sepadan dengan penghinaanmu..!!!’, balas Bartolomeuz sambil menghunus pedangnya yang serentak disambut dengan hunusan senjata para kelompoknya.

Konflik menemui akhir dengan pertarungan. Dasar pendekar sepertinya jalan damai adalah tabu bagi mereka. Kedua pihak dengan sengitnya bertarung, tanpa mau mengalah. Dua perdua korban mulai berjatuhan di antara mereka.

‘Bagaimana guru sikap kita?’, tanya punggawa wasita.

‘Biarkan saja, toh kita tetap untung dengan berkurangnya jumlah mereka’, jawab guru punggawa wasita dengan santai.

Pertarungan terus berlanjut, kedua belah pihak sama kuat dan korbanpun sama banyaknya. Pada saat yang kritis, tiba-tiba sebuah rombongan yang dipimpin oleh Xaverius datang.

‘Berhenti semuanya, kalian ini apa-apaan’, teriakannya yang diiringi oleh tenaga dalam yang kuat membuat pertarungan berhenti sebentar.

‘Xaverius, apa yang terjadi dengan kalian semua?’, tanya Bartolomeuz dan Vasco bersamaan.

Xaverius adalah pimpinan pendekar dari negeri Andalusia yang ditugasi menjaga Istana Negeri ANTAH BERANTAH yang mereka taklukan.

‘Nanti saya ceritakan, tapi sekarang kalian yang cerita mengapa sampai banyak korban di pihak kita?’, balik bertanya Xaverius.

Baik pihak pertama dan kedua saling berbisik dan ragu untuk mengutarakan situasi yang telah menimpa mereka.

Xaverius yang sedikit cerdas lantas berkata: ’Baiklah kalian tidak perlu bercerita, tapi perlu kalian ketahui bahwa pasukanku kalah dan istana kembali direbut oleh para pendekar Negrei ANTAH BERANTAH. Bila kalian ingin bertarung, maka sebentar lagi mereka akan datang kesini. Menurut laporan prajurit sandiyuda mereka sedang mengejar prajuritku’.

‘Bagaimana Bartoleuz dan Vasco, apa kalian sependapat dengan saya?’, tanya Xaverius.

‘Kami akan bertarung bersamamu Xaverius’, jawab Bartoleuz yang diamini oleh kelompoknya.

‘Apalagi kami, tugas kami kesini ini untuk bertarung. Kalau ada pertarungan berarti kami tidak makan gaji buta’, jawab Vasco diplomatis yang diamini juga oleh para kelompoknya.

Akhirnya mereka kembali bersatu dan menyusun strategi bertarung secara bersama-sama untuk menyambut kedatangan para pendekar dan prajurit Negeri ANTAH BERANTAH.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun