Mohon tunggu...
hasanatul lailiyah
hasanatul lailiyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Malang S1 Perbankan Syariah

Do good and feel good

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Hidup Tergantung dari Bagaimana Kita Bersyukur

27 April 2022   07:52 Diperbarui: 27 April 2022   07:58 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Beliau berpikir bagaimana dia bisa memenuhi kebutuhan anak dan istrinya sedangkan untuk makan hari ini saja beliau harus bekerja dengan hasil yang tak menentu. Begitulah alasan beliau memilih hidup sendiri tanpa pasangan. Beliau tinggal di rumah saudaranya di daerah Wagir.

Pekerjaan menjadi seorang kuli bangunan menurutnya lebih enak dibandingkan bekerja mencari dan mengumpulkan kardus. Upah yang jelas, waktu bekerja yang lebih teratur menjadi alasan mengapa menjadi seorang kuli bangunan lebih enak. 

Bayangkan saja dalam satu hari upah yang dihasilkan ketika menjadi seorang kuli bangunan yaitu Rp100.000,00. Sedangkan ketika bekerja mengumpulkan kardus penghasilannya tak menentu. 

Kakek Sugito sendiri mengaku bahwa penghasilan paling banyak yang ia dapatkan yaitu Rp15.000,00. Satu kilogram kardus dijual seharga Rp3.000,00. Itu berarti kakek Sugito harus mengumpulkan kardus sebanyak 5 kilogram.

Jika ditanya apakah penghasilan dari mengumpulkan kardus cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, tentu jawabannya adalah tidak cukup. 

Penghasilan yang didapatkan dari mengumpulkan kardus tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Beruntungnya beliau memiliki saudara yang berbaik hati mau menampung beliau untuk tinggal bersama.

Satu hal yang membuat saya kagum dari Kakek Sugito yaitu meskipun sedang dalam keadaan sulit dan sudah tua beliau tetap bekerja dan tidak mau mengandalkan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. 

Beliau tetap bersemangat bekerja untuk mendapatkan sesuap nasi. Beliau tidak mau mengemis atau meminta-minta, menurutnya ia lebih baik bekerja walaupun mendapatkan upah yang sedikit daripada harus mengandalkan belas kasih dari tangan orang lain. Begitulah pendapat beliau.

Banyak kita lihat diluaran sana orang-orang yang mengemis di pinggir jalan. Mengandalkan belas kasih dari tangan orang lain untuk bertahan hidup. 

Bahkan banyak juga kita temui orang muda atau anak kecil yang mengemis padahal tenaga mereka masih kuat untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik. 

Sangat disayangkan bukan? Apalagi sekarang banyak trust issue terhadap pengemis di jalanan. Mungkin ini juga menjadi salah satu alasan kakek Sugito, mengapa beliau memilih untuk bekerja mengumpulkan kardus daripada harus mengemis di pinggir jalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun