Mohon tunggu...
Hasan Arbi
Hasan Arbi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Eksistensi Tradisi "Lufu Kie'' Tidore pada Era Modern

7 Desember 2017   23:13 Diperbarui: 8 Desember 2017   02:26 2648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tradisi dalam era modern sekarang adalah barang mahal yang sukar dipertahankan. Warisan para leluhur yang dititipkan ke generasi selanjutnya menemui berbagai tantangan zaman. Tradisi sebagai warisan masa lalu mempunyai jangka waktu yang mengharuskannya perlahan-lahan lenyap dari peradaban. Layaknya manusia, tradisi memiliki umur yang ditentukan oleh manusianya.

 Jika tradisi mulai dilupakan dan digantikan dengan kebiasaan baru yang lebih marak di zamannya, maka tradisi sebelumnya segera hilang. Oleh sebab itu, yang mampu menjawab tantangan zaman mengenai tradisi yang tetap bertahan adalah manusianya sendiri.

             Globalisasi ikut campur tangan dalam kebudayaan dan tradisi yang dipertahankan. Misi yang dibawa dari globalisasi, yaitu tidak terbatasnya interaksi yang secara menyeluruh dapat menghubungkan manusia di dunia. Globalisasi terbangun oleh interaksi sosial yang melibatkan nilai-nilai sosiokultural individu atau kelompok yang melintasi batas komunikasinya untuk berhubungan dengan entitas lain (Rahmawati, 2010: 110). 

Tidak dapat dihindarkan bahwa gejolak globalisasi yang merambat ke segala pelosok negeri memengaruhi sistem budaya yang berlaku sejak dahulu. Termasuk Indonesia dan semua daerah telah dirombak oleh produk globalisasi. Informasi dan komunikasi serta kemajuan teknologi sebagai senjata dalam menerobos kemurnian budaya suatu daerah merupakan salah satu dampak globalisasi. Peningkatan kualitas dan kuantitas interaksi sosial yang ditemukan dalam globalisasi pun sangat dipengaruhi oleh temuan-temuan penting di bidang teknologi terutama teknologi komunikasi (Rahmawati, 2010: 111). 

Kemajuan teknologi menjadi alat yang berperan penting dalam merubah sikap manusia, seperti penemuan telepon genggam yang sekarang menjadi alat komunikai praktis yang biasa disebut gagdetatau smartphone.Dengan adanya gadgetkebutuhan manusia bisa terpenuhi dalam beberapa sisi, misalnya berkomunikasi dengan tidak perlu bertemu secara langsung (menggunakan video call), memesan tiket pesawat lewat online,dan yang sekarang sedang hangat yaitu kendaraan online,seperti go-jek, uber, serta grab. 

Tentu saja tidak dapat ditolak karena globalisasi seperti tradisi baru yang memperbaharui manusia di generasi sekarang. Sebab itulah masyarakat terpaksa berpartisipasi menyesuaikan dengan arus kebudayaan baru yang dibawa oleh globalisasi. Globalisasi budaya yang melibatkan diri dalam budaya masyarakat pada daerah tertentu menyebabkan akulturasi budaya atau bisa jadi pengorbanan budaya/tradisi sebelumnya. Artinya, masyarakat dalam suatu daerah tersebut harus memilih untuk menjaga tradisi terdahulu atau meleburkan budayanya dalam globalisasi yang menyebabkan pembaharuan atau sedikit penghilangan atas budaya tersebut.


            Zaman modern dianggap sebagai hal yang lumrah dalam peradaban. Mempertahankan tradisi dan menyesuaikan diri dengan zaman merupakan sebuah tantangan. Akan tetapi, budaya-tradisi yang telah ada sebelumnya juga butuh pengamalan. Perubahan ideologi serta tusukan informasi dari berbagai segi menyebabkan beberapa kalangan menolak untuk mempertahankan tradisi dan mengedepankan inovasi. 

Oleh karena itu, sebagian loyal terhadap budaya, sedangkan sebagian lainnya memilih untuk merubah dan menenggelamkan budaya tersebut. Daerah-daerah Nusantara telah dijejaki arus global yang menelenjangi kebudayaan sebagai sesuatu yang tidak pantas berada dalam peradaban masa kini. Namun, di sisi lain, pariwisata kebudayaan meraup keuntungan lewat pameran budaya yang digelar di setiap daerah. Hal ini menunjukan bahwa peminat budaya atau hal yang unik masih banyak, dan tampak haus akan tradisi serta keunikan budaya-budaya yang ada di Indonesia.

            Salah satu daerah di Indonesia yang menjadi target globalilasi dan modernisasi, yaitu Tidore, Maluku Utara. Menurut sejarah, Tidore adalah salah satu kerajaan Islam yang berdiri sekitar abad ke-13, sedangkan menurut catatan Kesultanan Tidore, kerajaan ini berdiri sejak Jou Kolano Sahjati naik tahta pada 12 Rabiul Awal 502 H atau pada tahun 1108 M. 

Pada tanggal 12 April kemarin, Tidore baru saja merayakan ulang tahun yang ke-909. Dalam usia yang terbilang tua, tentu saja Tidore sudah melewati berbagai tantangan zaman untuk mempertahankan tradisi dari para leluhur. Salah satu tradisinya, yaitu ritual "Lufu Kie". Zaman kian berubah, masihkah tradisi "Lufu Kie" tetap dilakukan oleh generasi sekarang? Atau telah terjadi akulturasi dan berbagai pengorbanan tradisi karena serangan arus globalisasi? Berikut pembahasannya.

Lufu Kie

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun