Mohon tunggu...
Haryo WB
Haryo WB Mohon Tunggu... Penulis - Sinau Bareng
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis merangsang refleksi, jadi jika kamu tidak bisa mereflesikan sesuatu untuk ditulis, tetaplah mencoba untuk menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ramalan Sri Mulyani, Jangan Takut Kesepian

16 Desember 2021   21:02 Diperbarui: 16 Desember 2021   21:12 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi penggunaan gadget.(Thinkstock)

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati membayangkan teknologi digital nantinya akan memunculkan dunia virtual yang proses di dalamnya serba cepat serta memiliki engagement secara personal. Di bayangannya dunia itu berbeda dengan dunia realitas.

"Saya khawatir 2045 banyak orang kesepian juga. Karena mereka tidak bisa masuk ke dunia 3 dimention virtual world, dia left out di dunia reality dan kemudian dia enggak bisa enggage. Ini hal yang perlu kita lihat," ujar Sri Mulyani dalam Indonesia Fintech Summit 2021, Sabtu, 11 Desember 2021.

Hal ini memang dimungkinkan terjadi. Apalagi ketika digital teknologi terus berkembang. Lihat saja saat ini, ada masyarakat di kota besar yang tidak mampu beradaptasi dengan teknologi sehingga tertinggal atau bahkan keluar dari komunitasnya.

Sekarang, kata Sri Mulyani beberapa bank di negara Eropa tidak lagi memberikan pelayanan secara personal. Nasabah bisa menggunakan teknologi yang tersedia. Tidak seperti sebelumnya yang menyediakan teller ataupun customer service.

Sri Mulyani memperkirakan hal yang sama juga akan terjadi di banyak negara lainnya. Termasuk negara berkembang seperti Indonesia. "Nanti ya kalau mau dilayani secara personal dikenakan biaya yang mahal," ujarnya.

Digital teknologi bila dimanfaatkan dengan baik, baik dari sisi regulasi maupun edukasi kepada masyarakat, akan membawa Indonesia sebagai negara maju.

Apakah bayang-bayang 2045 membuat manusia merasa semakin kesepian?

Bayangkan jika kita berada di warung  Tegal dan rumah makan Padang. Apa yang kita lakukan adalah lebih banyak menunjuk arah makanan yang kita sukai. Kita memainkan peran untuk memilih apa yang kita makan. Itulah penggambaran kita hidup di era digital. Menariknya, kita juga ikut memainkan peran dalam kemajuan gelombang teknologi tersebut -- dimana fisik telah digantikan oleh komponen digital, kemudian kita juga bergantung pada aplikasi pesan-antar makanan, aplikasi pencari pasangan melalui aplikasi layar sentuh dan komputasi untuk mengatasi masalah kesehatan.

Ahli sosiologi, Barry Wellman, "Manusia tidak terpaku dengan teknologi, mereka saling membutuhkan satu sama lain. Peluang pasar yang memanfaatkan efisisiensi dalam teknologi inilah yang memisahkan kita, sehingga kita perlu cara lain untuk saling mendekatkan diri satu sama lain."

Bukankah selama ini, kemudahan teknologi yang semakin canggih, ternyata membuat dampak buruk bagi manusia. Menurut riset, rata-rata orang yang berkutat dengan teknologi 48 jam tanpa interaksi sosial menyebabkan efek buruk, yaitu rasa kesepian. Survei yang dilakukan perusahaan marketing digital DNX mengungkapkan, setidaknya 3 % orang dewasa mengalami apa yang disebut dengan kelompok 'digital dominan'.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun