Di tengah derasnya arus kehidupan yang penuh tekanan, sering kali kita mencari berbagai cara untuk merasa tenang: mulai dari liburan, belanja online, hingga scrolling media sosial tanpa henti.
 Tapi tahukah kamu, ada satu "obat" yang sebenarnya sangat ampuh, murah, dan selalu tersedia, namun sering kali kita remehkan? Ya, itu adalah bersyukur. Bukan cuma sekadar ucapan "terima kasih Tuhan", tapi sebuah sikap hati yang bisa mengubah cara kita melihat hidup.
Kita hidup di zaman yang serba cepat, serba membandingkan, dan serba menuntut. Media sosial, misalnya, sering kali secara tidak sadar menjadikan kita merasa kurang.
 Lihat postingan orang lain yang bisa liburan ke luar negeri, makan di tempat mewah, atau sukses di usia muda semuanya bisa membuat kita lupa akan hal-hal baik yang sudah kita miliki.Â
Dalam situasi ini, bersyukur bukan hanya menjadi pilihan, tapi kebutuhan. Bukan karena hidup kita selalu mudah, tapi karena tanpa rasa syukur, kita akan terus merasa tidak cukup.
Bersyukur bukan berarti menolak perubahan atau pasrah pada keadaan. Justru, syukur adalah cara untuk bertahan. Banyak riset menunjukkan bahwa orang yang membiasakan diri untuk bersyukur setiap hari memiliki tingkat stres yang lebih rendah dan hubungan sosial yang lebih sehat.Â
Dalam konteks spiritual, rasa syukur juga memperdalam hubungan kita dengan Tuhan karena kita menyadari bahwa setiap hal baik bukan hasil usaha sendiri, melainkan karunia.
Saya pernah bertemu dengan seorang ibu pemulung di pinggir jalan. Di tengah panas, ia tersenyum sambil bercerita bahwa ia bersyukur karena anak-anaknya bisa tetap sekolah. Ia berkata, "Saya nggak punya banyak, tapi cukup. Masih bisa makan, masih bisa kerja, masih bisa lihat anak-anak tumbuh."Â
Kalimat itu sederhana, tapi menampar saya yang hari itu mengeluh karena gagal beli tiket konser. Kadang, syukur yang tulus justru datang dari mereka yang hidup dalam keterbatasan, bukan kelimpahan.
Hari ini, cobalah ambil waktu sejenak. Tutup matamu dan pikirkan tiga hal yang kamu syukuri hari ini. Bisa jadi hal sederhana: bisa bangun pagi, ada teman ngobrol, atau sekadar kopi panas yang menemani.Â
Kita tak harus menunggu semuanya sempurna untuk bersyukur. Karena justru lewat syukur, hati kita bisa menemukan kedamaian di tengah kekacauan.