Tepat setelah laptop kerja mati, pada Minggu (12/07) pagi beres kerja, ada suara panggilan telepon masuk untuk Gopah. Tidak terlalu jelas terdengar apa yang dikatakan meski lawan bicara Gopah, dari ujung telepon, sedikit berteriak.
Gopah hanya balik tanya kepada orang yang menelepon itu: "siapa?"; "orang mana?"; "kenal sama orang itu?"
Tidak sampai 5 menit, telepon dimatikan. Gopah masuk, mematikan komputer, lalu mengambil masker di kamar.
"Ada orang kegeletak di jalan," kata Gopah, seraya tangannya mengambil kunci motor di meja. "Tapi gak ada yang kenal itu orang mana."
Aku matikan rokok dan membereskan sisa kopi semalam kerja yang memang tinggal sedikit itu, "ikut, dong!"
Bandana yang masing melingkar di leher segera kunaikan dan ikut Gopah melihat orang tergeletak di jalan tersebut.
***
Sekira 20 meter dekat orang tergelat di pinggir jalan itu, Gopah mematikan motor, dan memarkirkannya. Ya, memang ada seseorang tergeletak di sana. Laki-laki. Mengenakan sweater hitam, celana panjang, tapi tanpa alas kaki. Usianya kira-kira masih 20-25 tahun.
Aku dan Gopah coba mendekat. Laki-laki tersebut tergeletak di antara 2 rumah yang di tengahnya ada lahan kosong. Matanya terpejam. Tangan kirinya memegang dada dan tangan kanan sedikit terkepal.
Ada luka seperti orang yang baru jatuh dari kendaraan (entah motor atau sepeda) di jalan. Baretan-baretan kecil, tapi banyak. Terlebih di bagian tangan dan pelipis mata kanan.
Ketika aku sudah tepat di dekat orang itu, ternyata Gopah berhenti beberapa langkah di belakangku. Aku tegasi wajahnya, aku tidak kenal, dan tidak pernah lihat. Tidak lama setelah itu, pemilik rumah terdekat dari tempat laki-laki itu tergelak membuka pagarnya. Mereka warga baru di tempatku.